Saat perang kemerdekaan berkecamuk, dia memilih buat sebagai dokter di tempat tinggal sakit generik sentra Jakarta. Di sana, beliau membantu tentara republik yang menjadi korban perang. Melihat ini, tentara Belanda mencurigainya menjadi mata-mata. Pemerintah Belanda segera membujuknya buat bekerja sama dengan imbalan uang besar . Akan tetapi, beliau menolaknya. Kecintaannya pada republik Indonesia nir bisa digantikan dengan uang, berapa pun harganya.
Wilhelmus Zakaria Johannes yang berasal dari pulau Rote terkenal cerdas. Dia anak pandai yang mampu mengukir prestasi di sekolah. Ia menamatkan pendidikan dasar lebih cepat dari waktu yang seharusnya karena ia loncat kelas, dari kelas dua ke kelas empat. Begitu juga saat sekolah di STOVIA Batavia, ia lulus setahun lebih cepat dari waktunya. Selepas pendidikan, ia segera menjadi pengajar di Nederland Indische Artsen School [NIAS], Sekolah dokter Hindia Belanda di Surabaya. Ia kemudian dipindahtugaskan menjadi dokter di pelbagai rumah sakit di pulau Sumatra pada 1921 hingga 1930. Ia tercatat pernah bertugas di Bengkulu, Muara Aman, Mana, Kayu Agung dan juga Palembang.
Pada 1939, ia mulai aktif di dunia politik. Wilhelmus diangkat menjadi anggota Volksraad [Dewan Rakyat] mewakili masyarakat Karesidenan Timor. Pada masa pendudukan Jepang, ia ikut mendirikan Badan Persiapan Persatuan Kristen [BPPK] yang kemudian berubah menjadi Partai Kristen Indonesia [Parkindo]. Wilhelmus tercatat secara aktif dalam organisasi yang dibentuknya tersebut serta menjadi salah satu dari 28 anggota Badan Pekerja [BP] Komite Nasional Indonesia Pusat [KNIP].
Ia mengundurkan diri berdasarkan jabatannya sesudah menderita sakit lumpuh. Setelah sembuh, Wilhelmus bertugas di Rumah Sakit Umum Pusat [RSUP] Jakarta buat merawat para pejuang Indonesia yg cidera pada pertempuran. Selain dipakai buat perawatan, RSUP Jakarta waktu itu pula dipakai buat tempat penampungan para pejuang selama berada di Jakarta. Jadilah dia seseorang penolong para pejuang sekaligus ikut mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selepas pengakuan kedaulatan, tepatnya pada Maret 1952, ia dipercaya menjadi presiden [rector] Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Sebulan kemudian, April 1952, ia mendapat tugas negara untuk berangkat ke beberapa Asia Tenggara serta negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, Prancis, Inggris, dan Swiss untuk mendalami perkembangan rontgen serta mempelajari sistem organisasi rumah sakit di negara-negara yang akan ditinjaunya. Rencananya, tugas negara itu akan dilakukannya selama 5 bulan. Ketika Wilhelmus berada di Den Haag, Belanda, ia kemudian meninggal dunia. Jenazahnya lalu diterbangkan pulang ke tanah air dan dimakamkan di Pekuburan Jati Petamburan Jakarta.
Wilhelmus Zakaria Johannes adalah pakar radiologi pertama di Indonesia. Sebagai dokter Indonesia pertama yang mempelajari ilmu radiologi pada Belanda, beliau pula sebagai pakar rontgen pertama yang sangat berjasa pada pengembangan ilmu kedokteran Indonesia. Ia lalu menerima gelar Pahlawan Nasional menurut pemerintah Indonesia dalam 1968.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Oleh Kuncoro Hadi & Sustianingsih
0 comments:
Post a Comment