Ketika Belanda diduduki Jerman, terdapat kurang lebih 800 orang Indonesia yg hayati di negeri tersebut. Kebanyakan di antara mereka dari dari Jawa, sementara sisanya dari menurut Sumatra, Ambon & pulau-pulau lainnya. Mereka terutama terdiri atas para pelaut, pembantu, pelajar, & beberapa artis. Banyak di antara mereka yang hayati sengsara lantaran kekurangan makanan, kedinginan & penyakit atau mangkat pada tangan rezim pendudukan. Diperkirakan selama perang, kurang lebih 86 orang Indonesia, atau lebih berdasarkan 10 persen, pada Belanda tewas global.
Sebagaimana penduduk lokal, terdapat relatif poly orang Indonesia yg terlibat pada gerakan perlawanan Belanda yg menentang pendudukan Nazi. Beberapa pada antara mereka adalah bekas kadet di Royal Military Academie (KMA) pada Breda yg didemobilisasi sesudah pendudukan. Salah satu pada antaranya merupakan seorang bekas kapten KNIL bernama Eduard Alexander Latuperisa, yang terlibat pada ?Jawatan Keamanan? Ilegal. Di tangkap pada bulan Maret 1942, Latuperisa dieksekusi Gestapo dalam tang gal 29 Juli 1943 pada Leusderheide.
Kelompok utama orang Indonesia yang terlibat dalam gerakan perlawanan Belanda terdiri atas para pelajar, terutama yang berasal dari bekas anggota Perhimpunan Indonesia. Pada akhir tahun 1920-an, setelah zaman generasi Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, kelompok yang memiliki pekikan perjuangan ”Indonesia merdeka” ini menjadi bagian dari gerakan komunis, karena hanya dari sanalah mereka dapat memperoleh dukungan permanen bagi kemerdekaan tanah airnya. Hal ini tercermin dari kedudukan anggota pengurus PI Rustam Effendi, yang pada tahun 1933 menjadi anggota parlemen dari Partai Komunis Belanda.
Awalnya, para aktivis PI menerbitkan majalah & pamflet ilegal. Setelah Gestapo mengobrak-abrik organisasi mereka di Leiden & Amsterdam serta menahan sejumlah aktivisnya, organisasi itu memper ketat diri. Atas perintah ketua Setiadjit Sugondo, sebuah struktur sel dibentuk, di mana masing-masing ter diri atas 5 orang anggota PI. Mereka berkolaborasi menggunakan kelompok-gerombolan perlawanan Belanda.
Selain menerbitkan selebaran ilegal dan menghimpun keterangan, anggota PI jua terlibat pada kegiatan buat membantu penyelamatan orang Yahudi maupun Belanda yang diburu sang Nazi. Di antara mereka terdapat Rachmad Kusumobroto. Bersama dengan tunangannya, Petronella (Nel) van den Bergh, mahasiswa aturan Leiden ini membantu menyembunyikan beberapa orang anak Yahudi, termasuk dua bersaudari bernama Miri & Emi Freibrun. Namun Nel kemudian ditangkap dan dibunuh oleh Nazi, sementara Rachmad dan Freiburn bersaudari selamat berdasarkan perang.
Beberapa anggota PI lainnya terlibat dalam perlawanan bersenjata. Seorang mahasiswa ekonomi di Amsterdam, Jusuf Mudadalam, bergabung dengan kelompok K.P. Belanda, yang juga dikenal dengan julukan knokploeg (bocah kekar). Pada tahun 1944, mereka berhasil menyerang sebuah pos polisi dan merampas empat pucuk pistol Walther. Kemudian, para pejuang Indonesia di Rotterdam menerima lebih banyak lagi senjata dari Gerakan Perlawanan Belanda, termasuk dua senapan, lima pistol, dan amunisinya. Senjata-senjata itu berasal dari para prajurit Jerman yang melakukan desersi dan bersembunyi dengan keluarga-keluarga Belanda. Orang-orang Indonesia tersebut dilatih menggunakan senjata-senjata itu oleh salah seorang desertir Jerman berpangkat kopral yang sudah muak berperang.
Ketika Belanda dibebaskan, para pejuang Indonesia jua berpartisipasi dalam Parade Pembebasan di Amsterdam dalam tanggal 8 Mei 1945. Beberapa di antara mereka, misalnya Effendi, Setiadjit, dan Pamontjak, diangkat menjadi anggota parlemen Belanda. Namun saat perang kemerdekaan Indonesia berkobar, kebanyakan pada antara mereka menentukan kembali ke tanah air.
Ironisnya, karena berhaluan komunis, beberapa di antara mereka kemudian disingkirkan dalam pertarungan politik Indonesia. Setiadjit dieksekusi pada tahun 1948 setelah pemberontakan PKI Madiun sementara Mudadalam, yang pernah menjadi menteri pada zaman Orde Lama, dipenjarakan oleh rezim Orde Baru.Sumber: Nazi di Indonesia Sebuah Sejarah yang Terlupakan oleh Nino Oktorino
Jangan lupa buat membeli bukunya yah
Bourbon
0 comments:
Post a Comment