Berdasarkan catatan I Tsing, Sriwijaya sudah ada semenjak 671 M (saat beliau pertama kali pada Sriwijaya). Tidak dijelaskan secara gamblang mengenai Sriwijaya. |
Tak sedikit yg mengungkapkan bahwa mengusut sejarah kerajaan-kerjaan pada Nusantara merupakan sesuatu hal yang sulit. Terutama bila kita mengusut kerajaan-kerjaan yg pernah ada dalam abad ke-1 sampai ke-15. Saya rasa kesulitan tadi poly disebabkan lantaran bukti utama yang kurang tersedia, sehingga pantaslah para sejarawan mengaku cukup sulit untuk merekonstruksi sejarah kerajaan pada Nusantara. Kerajaan yg sudah runtuk ratusan bahkan ribuan tahun. Salah satu hal yg bisa diselidiki mengenai kerajaan-kerjaan tadi merupakan melalui prasasti-prasasti yang ditemukan.
Sriwijaya berasal dari Bahasa Sansekerta. Sri artinya gemilang atau bercahaya, dan Wijaya artinya kejayaan atau kemenangan. Maka secara bahasa, Sriwijaya adalah Kemenangan yang gemilang. Dan sepertinya, arti dari kata Sriwijaya benar-benar terjadi, terbukti Kerajaan Sriwijaya mampu berdiri kokoh selama kurang lebih 5 abad. Mungkin ini yang disebut kemengangan yang gemilang.
Berbicara tentang kerajaan maritim dunia, mungkin Sriwijaya merupakan keliru satu kerajaan maritim terbesar pada dunia. Luasnya kerajaan Sriwijaya membentang menurut Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan kemungkinan Jawa Tengah.
Sejarah Awal
Perkiraan Wajah I Tsing.Wikipedia |
Ada 2 bukti fisik yg berkaitan dengan awal mula Sriwijaya, pertama Catatan Perjalanan I Tsing (seseorang biksu budha menurut China), & yang kedua adalah prasasti Kedukan Bukit.
Kita mulai berdasarkan I Tsing terlebih dahulu. I Tsing merupakan Biksu Budha menurut China, tepatnya Guangzhou. Awal mulanya, I Tsing berniat pergi ke India buat menyelidiki kepercayaan Budha. Namun, ia nir sanggup bahasa Sanskerta (bahasa yg dipakai di India dalam saat itu). Akhirnya, ia tetapkan buat singgah dulu di Fo-shih (Sriwijaya) buat menilik segala tentang Bahasa Sanskerta. Biksu Budha ini singgah kurang lebih 6 bulan, pada rentang waktu 671-672 M.
Dalam buku catatannya, I Tsing menulis
"apabila agamawan China hendak pulang ke Barat buat mendengar dan membaca (teks-teks Budhis yg asli), sebaiknya dia tinggal di Fo-shih selama satu tahun atau 2 tahun dan di Fo-shih menerapkan aturan yang sesuai seperti Barat. Kemudian dia bisa pergi ke India Tengah."
Setelah belajar Bahasa Sanskerta, I Tsing berlayar menuju India. Keinginannya buat memperdalam ajaran Budha akhir terlaksana. Di India, I Tsing menetap selama kurang lebih sepuluh tahun. Setelah dikiranya cukup, I Tsing tetapkan untuk pulang menurut India. Bukan China tujuannya, tetapi Sriwijaya. Lagi-lagi dia tetapkan untuk tinggal di Sriwijaya. Pada tahun 685 M beliau tiba pada Sriwijaya. Selama masa-masanya di sana, I Tsing banyak menghabiskan ketika buat menerjemahkan teks Budha yg dia dapatkan di India.
Ketika tahun 689 M, beliau memutuskan buat mudik ke Guangzhou. Kunjungan kali ini ia pakai untuk mencari 4 asisten buat membantunya di Sriwijaya - Alhamdulillah dapat. Pada tahun yang sama, I Tsing eksklusif pulang ke Sriwijaya, nampaknya pulang kampung kali ia lewatkan dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh syarat angin yang sedang baik.
Bersama asistennya, I Tsing memulai tugasnya seperti biasa. Pada tahun 695, dia tetapkan buat pulang kampung ke Guangzhou. Setelah itu dia tidak kembali lagi ke Sriwijaya
Berdasarkan catatan I Tsing, Sriwijaya sudah ada semenjak 671 M (saat beliau pertama kali pada Sriwijaya). Tidak dijelaskan secara gamblang mengenai Sriwijaya. Tidak menjelaskan letak tepatnya, tidak menjelaskan siapa rajanya, berapa luas kerajaannya, bahkan I Tsing sama sekali tidak menyebut kata Sriwijaya (ia menyebutnya dengan Shih-li-fo-shih). Namun, berdasarkan catatan I Tsing, kita tahu bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang termahsyur dengan ratusan biksu, selain itu rajanya baik kepadanya.
Kedukan Bukit : Ekspedisi Sriwajaya
Prasasti Kedukan Bukit.Wikipedia |
Antara catatan I Tsing dengan prasasti Kedukan Bukit punya fungsi yang erat. Pada dasarnya Prasasti Kedukan Bukit menguatkan bukti bahwa Sriwijaya benar-benar ada.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada kampung Kedukan Bukit, Palembang. Prasasti ini berbentuk batu berukuran 45 x 80 cm, ditulis pada aksara Pallawa. Menggunakan bahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna ini jarang digunakan pada menulis prasasti, kebanyak prasasti pada Nusantara ditulis dengan bahasa Sanskerta.
Isinya menjadi berikut. Pada 6Dapunta Hyang (gelar raja Sriwijaya) melakukan ekspansi dari Minanga ke daerah Palembang (tempat ditemukannya prasasti). Adapun jumlah tentara yang ia bawa sejumlah 20 ribu. Ekspansi ini berhasil menaklukan beberapa wilayah. Untuk letak Minanga, sampai kini masih sebagai perdebatan.
Apabila kita hubungkan dengan catatan I Tsing, ia datang pada tahun 671 M, ini adalah Sriwijaya telah ada dalam ketika itu, tetapi I Tsing tidak menjelaskan menggunakan niscaya siapa Rajanya. Menurut Prasasti KB, dalam tahun 682 M, seorang raja bergelar Dapunta Hyang melakukan perluasan besar -besaran ke wilayah lain. Dengan begitu, pada saat I Tsing datang, Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang, yang bernama Jayanasa (nanti akan dijelaskan mengenai Jayanasa pada prasasti Kebun Kopi).
Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo.Wikipedia |
Dua tahun selesainya Prasasti KB, tepatnya 684 M. Muncul sebuah prasasti baru. Yang pada dasarnya membicarakan kebaikan hati oleh Raja. Di ceritakan bahwa oleh raja menciptakan sebuah kebun buah-buahan buat umum pada Talang Tuwo, sebelah barat Palembang. Pada pembangunan kebun ini, oleh raja meminta diukirkan sebuah teks, yg menyampaikan asa semoga manfaat pembuatan kebun ini dapat dirasakan sang semua makhluk.
Raja yang baik hati itu namanya merupakan Jayanasasa. Dan kemungkinan akbar, Dapunta Hyang yang tertulis pada Prasasti Kedukan Bukit merupakan Jayanasa.
First Published by Gu-buk.Net