Pada awalnya kebanyakan rakyat tidak menduga jika di tengah kota Majapahit yang sarat menggunakan kepercayaan Hindu, Islam sudah tumbuh & berkembang menggunakan fertile. Memang pada akhir masa Majapahit Islam telah mulai berkembang di Jawa yg ditandai dengan berdirinya suatu dinasti, yaitu Kerajaan Demak yg dikenal sebagai Kerajaan Islam di Jawa.
Dinasti ini sudah didukung sang orang?Orang kharismatik yg memiliki berbagai strategi pada pengembangan Islam. Orang-orang tadi adalah para wali yg mempunyai semangat juang yang sangat tinggil. Berbagaai taktik sudah ditempuh demi tercapainya tujuan dakwah Islamiyah pada tengah-?Tengah warga yg beragama Hindu & Budha. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak sinkron, bahwa di dalam suatu kerajaan yg lebih banyak didominasi masyarakatnya beragama Hindu & Budha terdapat suatru komunitas muslim.
Keberadaan kompleks makam Troloyo merupakan salah satu bukti bahwa Islam telah hadir di pusat kerajaan Majapahit. Kehadiran masyarakat muslim tersebut berkisar antara abad ke 14 hingga 17 Masehi, suatu bentang waktu yang menunjukkan awal berdirinya Kerajaan majapahit hingga surutnya kerajaan tersebut dari panggung sejarah.
Kompleks makam Troloyo pula adalah suatu bukti bahwa pada kehidupan beragama ; Hindu, Budha dan Islam dapat berlangsung secara serasi. Hal ini bisa diketahui melalui adanya kompleks makam Troloyo di tengah-?Tengah sebuah kerajaan akbar yg sarat menggunakan kepercayaan Hindunya.
Dalam syarat yg demikian Islam sudah diberikan suatu kelonggaran buat melakukan syi?Ar kepada warga antara lain melalui media makam, yaitu menggunakan pesan?-pesan kutipan ayat?A-yat al?Qur?An yang mengingatkan pada insan bahwa setiap yg bernyawa niscaya akan mati, suatu kematian yg kebanyakan orang menakutinya niscaya akan ditemuinya.
Terlepas berdasarkan boleh atau tidaknya pada ajaran Islam yg niscaya sudah terbukti bahwa kutipan ayat?-ayat al?Qur?An banyak dijumpai dalam beberapa inskripsi berhuruf Arab, yaitu dalam bagian beberapa nisan di kompleks makamTroloyo. Pola hias sinar Majapahit adalah suatu bulat yg dibagian luar bulat masih ada 6 hingga menggunakan 12 butir sudut dan beberapa garis yg mengelilingi bundar tersebut. Pada masa kemudian pola tersebut lalu berkembangan ke beberapa wilayah di jawa Tengah & Jawa Tmur (Ambary, 1998: 64).
Situs makam Troloyo terletak di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Di makam tadi masih ada beberapa makam kuna yg secara kronologis usianya tebih tua disbanding menggunakan makam para wali penyebar Islam pada Jawa yg dikenal dengan sebutan Walisongo.
Diantara makam yg ada terdapat sepuluh buah makam yang pada bagian nisannya terdapat tahun tertua, yaitu 1203 Caka atau 1281 Masehi. Sementara angka tahun termuda menunjuk pada angka tahun 1533 caka atau 1611 Masehi. Kemudian berdasarkan inskripsi yangberhuruf & berbahasa Arab merupakan kutipan dari kalimah thayyibah & kutipan ayat?Ayat al?Qur?An.(Ambary, 1998: 63).
Berdasarkan inskripsi yang terdapat pada kompleks makam Troloyo tersebut bisa diprediksi bahwa kehadiran masyarakat muslim pada tengah Kerajaan Majapahit berkisar antara abad ke? 13 hingga dengan abad ke?17 Masehi. Angka tahun tersebut menunjukkan adanya suatu keterkaitan menggunakan bentang saat awal berdirinya kerajaan Majapahit sampai surutnya dari panggung sejarah. Dengan demikian bisa diketahui bahwa rakyat muslim di tengah kerajaan Majapahit telah ada semenjak awal berdirinya kejaan tadi. Kompleks makam Troloyo tersebut terbagi dalam beberapa gerombolan :
1. Cungkup Kubur panjang
Dalam kelompok makam ini terdapat seorang tokoh yang dimakamkan, yaitu Syekh Ngudung. Makam tersebut berada pada posisi sebelah timur masjid Troloyo. Nama Cungkup Kubur Panjang sendiri adalah penamaan oleh masyarakat setempat yang sematamata untuk memudahkan dalam identifikasi. Makam tersebut memiliki ukuran paling panjang disbanding dengan makam-makam yang lain. Kemudian nama Syekh Ngudung juga tidak terdapat pada inskripsi, sehingga secara fisik, mengenai nama tokoh yang dimakamkan tidak disertai bukti. Inskripsi yang ada hanyalah merupakan suatu kutipan ayat alquranulkarim yang terdapat pada surat Ali ‘Imran 185. Surat Al-Anbiya 35 dan surat Al-Ankabut 57.dua. Cungkup Kubur Tunggal
Cungkup Kubur Tunggal terletak di sebelah timur masjid Troloyo, di dalam cungkup hanya terdapat sebuah makam yaitu makam Syekh JumadilKubro. Tetapi inskripsi yang terdapat pada batu nisan hanyalah kutipankutipan ayat al-Qut’an : surat Ali ‘Imran 185. Surat Al-Anbiya 35 dan surat Al‘Ankabut 57.tiga. Makam Petilasan Walisongo
Di sdebelah timur masjid troloyo juga terdapat Sembilan buah makam dengn formasi berjajar yang berada di dalam sati kotak. Oleh masyarakat setempat disebutnya dengan makam petilasan Walisongo. Inskripsi yang terdapat pada nisan merupakan kutipan ayat al-Qur’an surat Ali ‘Imran 185. Surat AlAnbiya 35 dan surat Al ‘Ankabut 57.4. Cungkup Kubur Telu
Disebut dengan Cungkup Kubur Telu karena di dalam satu cungkup terdapat tiga buah makam, yaitu makam Syekh Maulana Ibrahim, makam Syekh Maulana Ishak dan makam ASyekh AbdulQadir Jaelani dengan formasi berjajar dari arah timur ke barat. Pada bagian nisan makam Syekh Maulana Ibrahim terdapat inskripsi dengan gaya tulisan Naskhi, berupa kutipan ayat al-Qur’an Surat arrahman ayat 26-27.Kemudian pada makam Maulana Ishak yang terletak pada tengah masih ada inskripsi berupa kalimah tauhid menggunakan gaya tulisan Tsuluts. Pada makam yang berada pada posisi paling barat (makam Syekh Abdul?Qadir Jaelani pada bagian nisannya masih ada inskripsi berupa kutipan ayat al?-Qur?An, Surat Ali ?Imran 185. Surat Al-?Anbiya 35 & surat Al??Ankabut 57, kalimah tauhid, asmaul ?Husna dan nomor tahun caka 1533.
Mengingat situs tersebut merupakan asset budaya yg perlu dilestarikan, meskipun di satu sisi telah dimanfaatkan sang warga banyak buat kepentingan ziarah (nenepi) maka buat meminimalkan konflik yg terdapat perlu adanya suatu langkah yang lebih terarah dengan tanpa meninggalkan kegiatan yang sudah berlangsung. Adapun langkah yang dimaksud adalah penataan lingkungan & penataan ruang-?Ruang yang sekiranya mendukung buat aktivitras peziarahan.
Sumber:
Majapahit Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota
Bab Komunitas Muslim pada Tengah Kota Majapahit sang Masyhudi
Bourbon
0 comments:
Post a Comment