Pada tahun 1646, terjadi pergantian takhta dari Sultan Agung ke Amangkurat I. Pergantian takhta ini sepintas hening, tetapi nir berlangsung lama . Di awal kekuasaannya, Amangkurat I ingin menyatukan segala kekuasaan ke tangannya. Para penasehat-penasehat tua disingkirkan, bahkan dibunuh, bahkan adiknya, Pangeran Alit dibunuh. Tidak sampai disit, Amangkurat I pula melakukan penindasan terhadap kaum oposisi. Pemimpin agama, ulama-ulama dari genre yg bertentangan dengan konsep agama berdasarkan Amangkurat I, dibunuh beserta dengan famili dan anak buah mereka. Dari penghilangan nyawa ini, tercatat jatuh korban 5.000 sampai 6.000 jiwa.
Dapat dikatakan, Amangkurat I adalah raja terkejam dalam sejarah Jawa. Duta VOC pertama yg berkunjung ke Istana Mataram menceritakan bahwa ?Sistem pemerintahan semacam ini nir terbayangkan di Belanda?. Para penasihat tua dibunuh buat melowongkan tempat-tempat bagi mereka yg belia?? Bukan orang asing saja yg nir setuju menggunakan teror itu, tetapi jua orang Jawa sendiri, misalnya dinyatakan pada Babad Tanah Jawi, yang ditulis sang Mataram sendiri.
?Pada zaman itu semua yang diinginkan oleh Nata bertentangan dengan adat. Beliau seringkali menggunakan kekerasan terhadap orang lain dan acapkali menjatuhkan hukuman mati di depan umum. Para bupati, mentri, dan pangeran saling mencuri lungguh (tanah). Tata kerajaan makin lama makin hancur??
Masyarakat merasa tidak berdaya pada menghadapi terror yg dilakukan sang pemerintah Amangkurat I. Keadaan ini, rakyat berharap alam bisa membebaskan mereka dari kekuasaan Amangkurat. Pada akhirnya, alam memang mengadakan intervensi. Di keraton, putra mahkota nir tabah menunggu ajal sang ayah dan ingin merebut kekuasaan dalam saat itu juga.
Pada akhir zaman Amangkurat I, muncul oposisi populer berdasarkan daerah, yaitu Panembahan Rama. Dalam kronik dinasti Mataram beliau dianggap Raden Ambalik (pengkhianat). Dikatakan ia seorang keturunan wali, Sunan Tembayat yg populer sangat sakti dan bisa meramal hari depan.
Panembahan Rama menginginkan cucunya, Raden Trunojoyo dari Madura, mendirikan dinasti dan keraton baru. Namun buat sementara dia menggandeng putra mahkota Mataram (Amangkurat II) buat mencapai tujuannya.
Pihak lain ada. Perampok-perampok Bugis mendarat di pantai Jawa Timur dan dijadikan sekutu sang Trunojoyo. Putra mahkota, beserta tentara Mataram, dikirim untuk menyerang pemberontakan di Jawa Timur. Para produsen intrik menjanjikan pada putra mahkota peperangan yg tak sungguh-sungguh, sebagai tipu muslihat. Dalam fenomena tentara Mataram dipukul dan dihancurkan sang Trunojoyo-Bugis.
Keraton diserbu pemberontak-pemberontak, raja & putrinya lari. Amangkurat I wafat pada perjalanan ke Tegal dan diberi gelar Tegalwangi. Putra mahkota, Amangkurat II (1677-1702), hanya dapat merebut kembali takhtanya dengan bantuan VOC. Trunojoyo dibunuh oleh keris Susuhunan sendiri. Panembahan Rama ditembak mati oleh tentara Belanda, sebab tidak terdapat seseorang Jawa pun yang berani membunuhnya. Kekuasaan diambil alih Amangkurat II. Kejayaan Kerajaan Mataram sebenarnya nir pernah pulih kembali, karena pemberontakan, perang saudara, & keguncangan lain makin lama melemahkannya, dan mendorongnya lebih ke tangan Belanda.
Sumber: OA Line Historypedia
Bourbon
0 comments:
Post a Comment