Lahir pada Kota Kavala, Makedonia, Muhammad Ali Pasya (1770-1849) sudah memperoleh loka pada kitab sejarah sebagai pemimpin yang memodernisasi Mesir sekaligus pemberontak ambisius yang bisa menjadi ancaman terbesar bagi keberlangsungan Kekhalifahan Utsmaniyah dalam kurun tahun 1831 hingga 1841.
Merebut kekuasaan di Mesir pada tahun 1805 berdasarkan gubernur yang ditunjuk sang Porte (Pemerintahan Utsmaniyah), Khursid Ahmad Pasya melalui dukungan terkenal dan tokoh-tokoh pada kota Kairo yg tediri pula menurut tokoh yang berasal dari grup Mamluk,[2] Muhammad Ali menjadi Gubernur
Mesir pertama yang diangkat secara populer oleh rakyat yang sudah lelah akibat ketidakstabilan, ketidakadilan, kekerasan, dan kebijakan Porte yang mengenakan pajak tinggi terhadap rakyat Mesir pasca-diusirnya pasukan Perancis pada tahun 1801.
Upaya Muhammad Ali pada memodernisasi Mesir didasarkan dalam fenomena bahwa rakyat Mesir sangat tertinggal dalam bidang sains & teknologi berdasarkan negara-negara Eropa terutama Perancis.[3] Muhammad Ali menyadari bahwa untuk memodernisasi Mesir, maka rakyatnya harus dipersiapkan supaya sanggup mengaplikasikan teknologi-teknologi baru pada bidang industri & tidak bersikap reaksioner terhadap disiplin-disiplin ilmu baru yang dibawa dari Eropa. Untuk mempersiapkan rakyatnya, Muhammad Ali? Meskipun seorang buta huruf?Mengirimkan misi pendidikan ke ibukota-ibukota Eropa dan mendirikan biro terjemahan yang diberi tugas buat menerjemahkan kitab & manual teknis berbahasa asing ke pada bahasa Arab.
Setelah mengenalkan masyarakat Mesir pada ilmu pengetahuan baru & ilmu terapan yg bisa digunakan dalam bidang industri, Muhammad Ali mengimplementasikan keliru satu acara industrialisasi awal di luar Eropa. Kebijakan-kebijakan industrialisasi dalam bidang ekonomi seperti menggali terusan, mengaplikasikan ilmu pertanian yg ilmiah pada bertani, dan memperkenalkan cara pengolahan kapas menurut India & Sudan.
Muhammad Ali sesudah menerima wangsit berdasarkan modernisasi militer yang dilakukan sang Sultan Selim III; mendirikan pasukan petani pertama pada Timur Tengah.[5] Beliau menugaskan seseorang veteran perang Napoleon, Kolonel Seves yang dikenal pula pada Mesir sebagai Suleyman Agha buat mengatur & melatih tentara Muhammad Ali yg sepenuhnya terdiri berdasarkan petani Mesir. Dalam saat setahun, Suleyman Agha berhasil menciptakan pasukan berkekuatan 30.000 orang. Pada pertengahan 1830-an, Jumlah itu mencapai 130.000 orang.
Setelah berhasil mengarahkan Mesir pada reformasi birokrasi, industri, ekonomi, & militer, Muhammad Ali kemudian berupaya untuk mengkonsolidasi kekuatan politik beliau pada Mesir menggunakan mengikis kekuatan para Bey Mamluk dan mengirimkan ekspedisi militer atas nama Kekhalifahan Utsmaniayh untuk melawan Emirat Diriyah pada Najd, kedua hal ini akan dibahas dalam postingan selanjutnya.
Terimakasih
-Admin LKY
Referensi:
?Rogan, Eugene. 2017. Dari Puncak Khilafah Sejarah Arab-Islam Sejak Era Kejayaan Khilafah Utsmaniyah. Serambi: Jakarta
?Hitti. Phillip K. 2018. History of the Arabs. Zaman: Jakarta
Sumber: OA Historypedia Line
Bourbon
0 comments:
Post a Comment