Nama W.R. Supratman kerap kali muncul dalam mata pelajaran Pancasila di Sekolah Dasar. Ya, ia dikenal karena pengarang lagu kebangsaan Republik Indonesia berjudul Indonesia Raya. Supratman memang seniman musik, beberapa kali menciptakan lagu bertema kebangsaan antara lain Ibu Kita Kartini, Bendera Kita, Pandu Indonesia, Bangunlah Hai Kawan, Di Timur Matahari, Matahari Terbit, dan lain-lain.
Sewaktu kanak-kanak Supratman sekolah di Sekolah Dasar Budi Utomo Purworejo. Lalu pindah ke Makassar dan meneruskan di Europeese Lagere School (ELS). Selanjutnya ia masuk ke Normaal School dan menjadi guru di Sekolah Angka Dua pada usia 20 tahun. Tentang musik, ia pelajari dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, mulanya bermain biola kemudian cara menggubah lagu. Bahkan dua saudara tidak sedarah ini kemudian mendirikan kelompok jazz yang dinamakan Black White Jazz.
Tahun 1924 Supratman bertemu dengan HJFM Snevliet tokoh sosialis pendiri ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging). Melalui orang ini ketertarikannya di panggung politik bermula. Lalu ia pun meluncur ke Batavia, dan mulai aktif baik di dunia pers maupun pergerakan kebangsaan. Aktivitasnya itu mendorong dirinya sebagai komponis untuk menciptakan lagu yang mampu membangkitkan semangat. Lagu perdananya berjudul Dari Barat Sampai ke Timur.
Tatkala menetap di Batavia, suatu hari Supratman membaca sebuah artikel dalam majalah Timbul. Penulis artikel tersebut menantang ahli-ahli musik untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman merasa tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 saat berada di Bandung, lahirlah lagu fenomenal Indonesia Raya, yang dikemudian hari dijadikan lagu kebangsaan bangsa Indonesia. Kali pertama Indonesia Raya dinyanyikan di depan umum yakni pada malam 28 Oktober 1928 di Batavia saat berlangsung Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Dengan cepat lagu tersebut menjadi terkenal di kalangan pergerakan. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan.
Lagu Indonesia Raya saat itu menggambarkan keinginankehendak untuk merdeka, karenanya Supratman diburu polisi Hindia Belanda. Namun ia tidak diam, dalam perburuan, Supratman pun mencipta lagu guna menggugah jiwa nasionalisme rakyat. Lagu terakhirnya berjudul “Matahari Terbit” disiarkan pada awal Agustus 1938 di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. Pada saat itu juga Supratman ditangkap lalu dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya. Di bulan yang sama ia meninggal dunia karena sakit. Selain mencipta lagu, Supratman pernah menulis roman “Perawan Desa” yang menceritakan ketidaksukaannya terhadap penjajahan kolonial Belanda.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Oleh Kuncoro Hadi & Sustianingsih
0 comments:
Post a Comment