Menurut sebuah survei pada tahun 1921, ada kurang lebih dua.000 orang Yahudi yang tinggal di Jawa. Orang Yahudi sendiri mulai bermukim pada Indonesia menjadi pedagang semenjak dimulainya penjajahan Belanda pada abad ke-17. Tetapi mereka umumnya tidak memelihara identitas Yahudi yang terpisah dan umumnya orang-orang Yahudi yg terutama dari berdasarkan Belanda, Austria, Rumania, dan Irak ini berasimilasi menggunakan rakyat Belanda.
Pada mulanya, selesainya Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942, orang Yahudi Irak & Jerman pada Indonesia masih memiliki kebebasan. Lantaran Jepang memerangi lawan dari negara dan bukan ras, baik orang Yahudi, dan Armenia, pada Indonesia yg dianggap tidak mempunyai negara nir masuk dalam kategori musuh di masa perang & dianggap sebagai ?Mitra?. Jadi, ad interim semua orang Eropa berdasarkan negara-negara musuh diinternir dan ditempatkan di belakang kawat berduri, orang Yahudi dan Armenia dibiarkan berkeliaran dan berdagang secara bebas.
Keadaan berubah dalam tahun 1943, waktu sekelompok perwira penghubung Jerman datang pada Surabaya. Orang-orang Nazi itu dikatakan bertanya pada Kempeitai: siapa saja yang kalian tawan?
Orang Jepang menjawab bahwa seluruh orang berkebangsaan asing menurut negara musuh dengan kekecualian dua bangsa kulit bening, orang Yahudi & Armenia, dipenjarakan. Mendengar hal tersebut, orang-orang Jerman itu sebagai meradang & memerintahkan agar semua orang Yahudi segera ditangkap. Kempeitai mengikuti hasrat sekutunya itu & mencampakkan orang-orang Yahudi yg mereka tangkap ke belakang kamp interniran di Tangerang, yang pada atas temboknya dikibarkan bendera bertuliskan ?BANKSA JEHUDI.?
Jepang kemudian juga mengadopsi propaganda anti-Semitisme Nazi, sebagaimana yang terlihat dalam pidato radio yang di lakukan oleh seorang perwira Kempeitai bernama Murase pada tanggal 2 April 1943. Tuduhan mengenai adanya sebuah Konspirasi Dunia Yahudi didengungkan di surat kabar Java Shimbun edisi 10, 11, dan 12 Agustus 1943, yang mengklaim bahwa pemerintahan Hindia Belanda sebelum perang dikuasai oleh orang Yahudi, demikian pula dengan sebagian besar perusahaan di Hindia Belanda, kelompok Freemason, Rotary Clubs, bank, pasar saham, dan seluruh media.Sejumlah tokoh pergerakan Indonesia juga mengeluarkan pernyataanpernyataan anti-Yahudi yang mendukung kebijakan Jepang tersebut. Di antara mereka terdapat H. Tjokroaminoto dan Umar Said di surat kabar Soeara M.I.A.I. serta Dr. Sam Ratulangie di jurnal Asia Raja. Selain itu, Sukarjo Wiryopranoto juga menggambarkan Perang Pasifik sebagai suatu perang mengenai pandangan hidup: Hakko Ichiu (nilai-nilai kekeluargaan) Jepang lawan individualisme Yahudi.
Ada kabar bahwa Nazi bermaksud untuk membasmi orang-orang Yahudi di Indonesia. Ada pun algojo yang ditunjuk Nazi untuk melaksanakan ”Pemecahan Terakhir terhadap Masalah Yahudi” di Indonesia itu adalah Joseph Meisinger. Perwira Gestapo yang terkenal dengan julukan ”Tukang Jagal dari Warsawa” ini dikirimkan dengan kapal selam ke Jepang untuk bekerja sama dengan Kempeitai dan ditugaskan untuk mengelola kebijakan Nazi secara menyeluruh di Timur Jauh. Namun penyerahan Jerman pada awal Mei 1945 membuat orang-orang Yahudi di Indonesia luput dari suatu holocaust.
Pada ekspresi dominan semi 1945, para tawanan Yahudi dipindahkan menurut Tangerang ke kamp Adek yang terletak di Jakarta. Dengan menyerahnya Jepang dan pecahnya perang kemerdekaan Indonesia, sebagian besar orang Yahudi yg selamat menentukan pergi ke Belanda atau pindah ke Israel dan Amerika Serikat. Sekelompok kecil orang Yahudi Irak, yang latar belakang Timur Tengahnya menciptakan mereka kerap dikira menjadi orang Arab, tetap tinggal di Surabaya. Mereka memiliki sebuah sinagoga mini , yang ditutup pada tahun 2009 atas desakan gerombolan Islam. Tetapi, 2 sinagoga lainnya permanen berdiri pada Sulawesi Utara.
Sumber: Nazi di Indonesia Sebuah Sejarah yang Terlupakan oleh Nino Oktorino
Jangan lupa buat membeli bukunya yah
Bourbon
0 comments:
Post a Comment