Keinginan bangsa Arab saat menguasai Afrika Utara merupakan menyatukan Afrika dan Andalus dalam satu negara yg mereka sebut Afrika menggunakan Qairawan menjadi ibu kotanya. Namun, perilaku bangsa Barbar yang berubah-ubah, jauh dari sentra pemerintahan Abbasiyah, & berkuasanya Umawiyah pada Andalus memungkinkan negaranegara baru bermunculan. Misalnya, berdirilah Dinasti Idrisiyah di Maroko. Saat itu, Ar-Rasyid berusaha menghentikannya. Ar-Raysid memilih Ibnu Aghlab sebagai Gubernur Qairawan (Tunisia). Tugas Ibnu Aghlab adalah menghentikan Idrisiyah di perbatasan. Ibrahim bin Aghlab ternyata sukses menghentikan gerakan Idrisiyah Al-Alawiyah dan menjaga Dinasti Abbasiyah menurut serangan terburuk bangsa Barbar.
Dinasti Aghlabiyah merupakan model negara yg mempunyai hubungan nama dengan Dinasti Abbasiyah.
Ini tidak selaras dengan Idrisiyah yang memusuhi kekuasaan Abbasiyah. Ibrahim bin Aghlab berhasil menghentikan Idrisiyah. Setelah berkali-kali melakukan negosiasi, Idrisiyah mengusulkan kepada Ibrahim bahwa masing-masing negara nir saling mengganggu & berada pada wilayahnya sendiri. Ibrahim akhirnya setuju. Meski demikian, dia permanen berhubungan dengan Abbasiyah. Dia mengungkapkan nama Khalifah Abbasiyah dalam khotbah Jumat & mencetak nama khalifah pada mata uang mereka. Selain dua hal tersebut, Abbasiyah tidak punya apa-apa pada Aghlabiyah. Anak-cucu Ibrahim pun mewarisi takhtanya dan mengendalikan pemerintahan sendiri sebagaimana mereka inginkan.
Ketika kekuatan Aghalibah sudah cukup, mereka mencoba melakukan perluasan. Aksi ini tidak gampang. Di Barat, mereka terhadang Dinasti Idrisiyah. Selain itu, padang pasir menghalangi langkah mereka pada wilayah Selatan. Mereka pun hanya bisa berkecimpung ke arah Utara, yaitu melewati lautan.
Dinasti Aghlabiyah pun menciptakan angkatan bahari yg besar di bawah pimpinan Asad bin Furat. Mereka memulai perang melawan Romawi pada Laut Putih Tengah. Mereka menyerang Pulau Kreta berkali-kali selama delapan puluh tahun, hingga akhirnya berhasil mematahkan perlawanan Romawi dan menggabungkan pulau itu ke pada wilayah kaum muslimin.
Mereka kemudian menguasai Pulau Malta dan Sardinia. Setelah itu, mereka singgah di banyak pantai Eropa, khususnya pada wilayah Italia Selatan dan Barat serta Prancis bagian Selatan. Aghlabiyah membentangkan kekuasaannya lebih dari satu abad di Tunisia & sekitarnya. Hal tadi tentu saja menciptakan negara-negara Eropa ketakutan.
Di pantai-pantai tadi mereka mampu mendirikan benteng, namun tidak bisa masuk sampai ke pedalaman & menguasai sebagian negara.
Pulau-pulau & pantai-pantai sempit tadi menjadi jembatan bagi peradaban Islam menuju Eropa saat benua itu dalam suasana hitam pekat. Menaklukkan pulau-pulau tadi adalah jaminan keamanan bagi perdagangan Islam di bagian Barat Laut Tengah. Kebudayaan Islam merupakan satu-satunya cahaya di dunia yg menerangi Bumi saat itu.
Dinasti Aghlabiyah hidup satu abad sembilan tahun 184--296 Hijriah/800--909 Masehi. Pada masa itu, kehidupan ekonomi dan pembanguan sangat maju. Masjid raya di Tunisia memiliki andil yang besar dalam memajukan peradaban Islam. Bahkan, masjid yang bernama Az-Zaituniyah itu merupakan universitas yang besar. Dinasti Aghalibah runtuh di tangan Dinasti Fathimiyah.
Sumber: Atlas Sejarah Islam
0 comments:
Post a Comment