Situasi politik ketika kedatangan Islam di kepulauan Maluku tidak seperti pada Jawa. Di sana orang-orang Muslim nir menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan karena perebutan kekuasaan negara. Mereka datang & berbagi Islam dengan melalui perdagangan, dakwah & melalui perkawinan. A. Hasymi, seorang cendekiawan dan sejarawan asal Aceh, menyatakan bahwa proses masuknya kepercayaan Islam di suatu wilayah nir akan melenceng jauh menurut 3 teori berikut:
Yang dimaksud menggunakan masuknya Islam ke suatu daerah merupakan bila masih ada seseorang atau beberapa orang asing yg menganut agama Islam yg bermukim di daerah yang didatangi atau dengan kata lain Islam sudah masuk ke daerah itu.
Mengartikan Islam masuk ke suatu wilayah merupakan jika terdapat seseorang atau beberapa orang berdasarkan penduduk pribumi telah menganut agama Islam.
Menjelaskan bahwa Islam masuk ke suatu wilayah, apabila telah masih ada komunitas Muslim & secara sosiologis Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakat.
Berangkat dari tiga teori di atas, maka dapat dipaparkan bagaimana proses Islamisasi di daerah Kedaton Kesultanan Ternate. Jika mengacu pada teori yang pertama, maka kedatangan orang Islam ke Ternate bisa dikatakan dimulai pada abad 11 sampai dengan abad 12 M. Karena saat itu Ternate sudah menjadi jalur lintasan perdagangan rempah-rempah dunia, bukan hanya dari penduduk Nusantara saja yang ikut meramaikan perdagangan tersebut, tetapi termasuk kedatangan para saudagar Muslim Arab dan India ke sana.
Sementara menggunakan mengacu pada teori yang kedua, sanggup ditinjau dari masuk Islamnya Sultan Mashur Maloma (1257 M), Kaicil Gapi Baguna (1432-1465), & Zainal Abidin (1500- 1522M). Tolok ukur teori ke 2 ini merupakan pemakaian nama Arab yg disematkan ke pada gelar kehormatan atau penguasa. Adapun jika mengacu pada teori yg ketiga, teori yg banyak dianut sarjana Barat buat meneliti sejarah kemunculan Islam pada Nusantara, Islam sudah melembaga dalam kehidupan sosial pada sekitar akhir abad ke 15-16 M. Hal ini dibuktikan menggunakan adanya perlawanan sultan-sultan terhadap para penjajah Portugis.
Selanjutnya, buat menentukan siapa & menurut mana asal pembawa Islam ke daerah Ternate, dapat diketahui berdasarkan sejarah di atas, adalah para saudagar Arab, Melayu, dan mubalighmubaligh berdasarkan Jawa. Sedangkan wilayah yg pertama kali disentuh sang ajaran Islam adalah pulau Ternate, baru lalu diikuti oleh Ambon dalam 1440 M & Banda 1460 M. Percepatan berdasarkan penyebaran Islam ke daerah-wilayah lainnya dikarenakan adanya satu kesatuan kesultanan ?Moloku Kie Raha? Dan kesepakatan sultan Ternate menggunakan sultan Hitu pada Ambon buat bertekad berbagi Islam sampai hari lalu.
Sebelum masuknya bangsa Portugis dan bangsa Eropa lainnya, penduduk kepulauan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan telah menganut agama Islam, dengan Zainal Abidin sebagai orang yang memeluk Islam yang pertama. Tetapi Sultan Ternate yang ke-43 berpendapat lain, beliau menuturkan bahwa yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate yang pertama, Mashur Malamo. Menurut pendapat dari Sultan Ternate ke-43 ini, pada saat kepemimpinan dari Mashur Malamo inilah proses Islamisasi negara mulai dilakukan. Hal itu terjadi kurang lebih pada tahun 1257 M., dan sekaligus dianggap sebagai tahun dari berdirinya kota Ternate sekarang. Tindakan Sultan Mashur Malamo yang memeluk agama Islam itu kemudian diikuti oleh seluruh rakyatnya.
Tidak hanya sang warga , ternyata keislaman Sultan Ternate itu diikuti jua oleh Sultan Tidore, Jailolo, dan Bacan. Dari Sultan-sultan yang telah memeluk Islam itulah kemudian Islam beredar menggunakan cepat di kepulauan Maluku, bahkan sampai mencakup daerah Sulawesi bagian Utara dan Irian Jaya.
Dalam asal yang lain dijelaskan bahwa tatkala Sultan Zainal Abidin pulang ke Jawa buat menuntut ilmu kepercayaan , beliau bertemu menggunakan Pati Tuban, penguasa daerah Hitu atau Ambon pada masa sekarang. Mereka berdua lalu berjanji buat bertekad bersama-sama menyiarkan kepercayaan Islam hingga hari lalu. Penggambaran ini memberikan penerangan secara singkat bagaimana Sultan Ternate mempunyai kekuasaan dan kemampuan ekonomi yang bertenaga. Dia mempunyai jaringan kerjasama dengan penguasa-penguasa pada sekitar Maluku & daerah-daerah lainnya, baik di bidang perdagangan, politik, & terutama keilmuan pada gerakan penyebaran kepercayaan Islam.
Sedangkan output dari kepergian Sultan Zainal Abidin ke Jawa menuntut ilmu agama Islam adalah terjadinya intensiikasi ajaran keislaman di wilayah Ternate. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah berupa mushaf al-Qur?An yang ditulis tangan & masjid yg dibangun dalam abad ke-15 M.
Sumber: Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia oleh Binuko Amarseto
Bourbon
0 comments:
Post a Comment