Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia sangat menderita karena kerja paksa tanpa bayaran yg memadai. Apalagi sistem tanah paksa adalah sistem kekerasan yg sangat jelek. Para penjajah meraup kejayaan & kekayaan alam tanah air Indonesia, sedangkan ironisnya rakyat Indonesia malah semakin miskin.
Kondisi yg sangat buruk ini mnyebabkan pada bulan Januaria 1901, Ratu Wilhelmina menyatakan pada hadapan Parlemen Belanda bahwa bangsa Belanda telah berhutang budi kepada masyarakat Indonesia. Kesadaran ini disebut sebagai haluan etis yg kemudian dikenal sebagai politik etis atau politik etika. Pernyataan Ratu jua mempengaruhi para simpatisan buat mendukung dan membela masyarakat Indonesia. Mereka merupakan orang-orang Belanda yg nir tahan melihat eksploitasi.
Ide politik etis pula dikembangkan oleh tokoh liberal pada parlemen Belanda Conrad Theodor Van Deventer lebih kurang tahun 1899 dan setahun lalu politik etis mulai dijalankan oleh Pemerintah Belanda. Van Deventer berpendapat sama bahwa Belanda berhutang budi terhadap warga Indonesia atas kekayaan mereka dapatkan dari tanah air Indonesia selama ini. Hutang budi tersebut populer dengan kata Trilogi Van Deventer, yaitu:
Edukasi(Pendidikan)
source: historia.Id
Ide utamanya adalah pendirian sekolah untuk pencerdasan orang Indonesua tapi ternyata hanya dimanfaatkan oleh Pemerintah Belanda untuk kebutuhan pegawai administrasi yang murah saja. Mayoritas pengajaran di sekolah hanya untuk anak pegawai negeri dan golongan mampu saja. Diskriminasi yang terjadi adalah sekolah kelas I untuk anak pegawai negeri atau bangsawan sedangkan kelas II untuk anak-anak pribumiIrigasi(Pengairan) dan Infrastruktur
source: banjoemas.Com
Awalnya untuk sawah dan ladang kaum petani. Mereka diberikan sarana dan prasarana untuk pertanian dan perkebunan namun ternayta berujung kepada kepentingan perkebunan milik pengusaha asing, terutama tebu dan tembakauMigrasi(Perpindah Penduduk)
Pemindahan penduduk keluar Jawa awalnya adalah menaruh lapangan pekerjaan baru di pulau-pulau lain pada Indonesia tetapi ternyata hanya buat memenuhi kebutuhan pekerja murah bagi perusahaan asing. Sebagian akbar dijadikan kuli kontrak di perkebunan pada pulau Sumatera.
Walaupun akhirnya politik etis nir berjalan misalnya perencanaan, namun pemugaran pedagogi di Indonesia berbuah hasil baik. Mereka yang terdidik dengan sistem pendidikan Eropa kemudian menyadari bahwa terjadi banyak sekali ketidakadilan selama ini akibat dari politik penjajahan. Para generasi muda inilah yg kemudian mempelopori lahirnya konvoi pemuda pada Indonesia dalam awal 1900-an.
0 comments:
Post a Comment