17 Januari 1948, pada atas kapal USS Renville yang berlabuh pada pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Telah ditanda tangan sebuah perjanjian baru antara Belanda dengan Indonesia beserta Komisi Tiga Negara (KTN) yang dikenal sebagai perjanjian Renville.
Hasil perjanjian Renville sendiri dipercaya sangat merugikan Indonesia. Perjanjian ini masih ada garis perbatasan yang di sebut ?Garis van Mook? Yang berakhir kenyataan bahwa wilayah Republik Indonesia hanya bersisa Sumatra, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Persetujuan terhadap perjanjian inilah yg akhirnya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Syarifuddin. Anggota-anggota PNI dan Masyumi pada kabinet Amir juga ikut mundur pasca disetujuinya perjanjian Renville.
Banyak yang telah penasaran siapakah yg akan menggantikan Amir Syarifuddin. Bahkan sebenarnya kejatuhan Kabinet Amir juga bukanlah hal yang mengejutkan kala itu. Mengingat syarat sosial, ekonomi, politik, militer, & diplomasi saat itu dianggap sangat lemah. Para pengamat politik jua sudah mencari siapa yang akan sebagai Perdana Menteri selanjutnya, salah satu kandidat yg akan menjadi pengganti Amir merupakan Hatta. Dr. Leimena bersama para tokoh lainnya mendatangi Hatta dan menyatakan bahwa hanya Hatta yang bisa menyelamatkan keadaan, Hatta diminta kesediaannya menjadi calon Perdana Menteri berikutnya. Hatta pun putusan bulat tetapi menggunakan kondisi PNI & Masyumi harus mendukungnya.
Tanggal 23 Januari 1948, Amir menyerahkan mandatnya, selesainya itu Presiden Soekarno menunjuk Mohammad Hatta menjadi Perdana Menteri. Hatta yang sebelumnya sudah menerima dukungan berdasarkan PNI dan Masyumi jua meminta dukungan berdasarkan Sayap Kiri. Ia ingin kabinet yang dia buat sebagai kabinet yang didukung secara nasional. Namun usaha Hatta tidak berjalan dengan lancar. Mereka meminta pos-pos inti, seperti Kementerian Pertahanan & Kementerian Dalam Negeri. Mereka pula meminta sepuluh kursi dalam kabinet yg sebelumnya Hatta hanya menawarkan empat kursi sama seperti PNI & Masyumi. Akhirnya Hatta permanen tetapkan buat menaruh empat kursi saja pada Sayap Kiri dan memberi saat pada mereka buat menjawab sampai 28 Januari 1948, dan Sayap Kiri pun menolak buat ikut dengan kabinet Hatta.
29 Januari 1948, Kabinet Presidensiil Hatta diumumkan. Kabinet ini diisi menggunakan 27 Menteri. Akhirnya kabinet ini nir menerima dukungan menurut Sayap Kiri meski masih ada Soepono & Kusnan yang dari dari SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang menjabat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda dan Menteri Perburuhan dan Sosial.
Sumber: OA Historypedia Line
Penulis: Daendels
0 comments:
Post a Comment