Louis Pasteur mempelopori percobaan pengembangan vaksin melalui penyakit kolera hidup yang dilemahkan dan vaksin antraks inaktif dalam insan (1897 dan 1904, masing-masing). Vaksin wabah pula ditemukan dalam akhir abad ke-19. Antara 1890 dan 1950, pengembangan vaksin bakteri yg berkembang biak, termasuk vaksinasi Bacillis-Calmette-Guerin (BCG), yang masih dipakai hingga kini .
Pada tahun 1923, Alexander Glenny menyempurnakan metode buat menonaktifkan toksin tetanus dengan formaldehida. Metode yg sama dipakai buat membuatkan vaksin pada melawan difteri dalam tahun 1926. Pengembangan vaksin pertusis jauh lebih usang, dengan vaksin sel utuh yg pertama kali dilisensikan buat digunakan di Alaihi Salam dalam tahun 1948. Jaringan virus terus berkembang dari 1950-1985, dan menyebabkan keluarnya vaksin polio Salk (yg dilemahkan) & vaksin polio Sabin (hidup dilemahkan). Imunisasi polio massal sekarang telah memberantas penyakit berdasarkan poly wilayah pada semua global.
Penyakit campak, gondok dan rubella yang dilemahkan, dikembangkan untuk dimasukan kedalam vaksin. Pada era ini, Campak adalah target yang memungkinkan untuk dieliminasi melalui vaksinasi.
Meskipun imbas positif terhadap kesehatan menurut program imunisasi selalu ada resistensi terhadap vaksin, Akhir 1970-an & 1980-an menandai periode peningkatan litigasi & penurunan profitabilitas buat pembuatan vaksin, yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah perusahaan yang menghasilkan vaksin.
Penurunan itu sebagian ditangkap oleh pelaksanaan acara Kompensasi Cedera Vaksin Nasional di Alaihi Salam pada tahun 1986. Warisan zaman ini terus berlanjut hingga hari ini mengakibatkan krisisnya pasokan. Ditambah lagi upaya media yang terus berlanjut menggencarkan lobi anti-vaksinasi.
Dua dekade terakhir sudah melihat penerapan genetika molekuler & peningkatan wawasan dalam imunologi, mikrobiologi dan genomik diterapkan pada vaksinologi. Keberhasilan ketika ini termasuk pengembangan vaksin hepatitis B rekombinan, vaksin pertusis acellular yg kurang reaktogenik, dan teknik baru buat pembuatan vaksin influenza musiman.
Genetika molekuler memilih loka buat masa depan yang cerah bagi vaksinologi, termasuk pengembangan sistem pengiriman vaksin baru (misalnya vaksin DNA, vektor virus, vaksin tumbuhan dan formulasi topikal), adjuvant baru, pengembangan vaksin tuberkulosis yg lebih efektif, dan vaksin melawan cytomegalovirus. (CMV), virus herpes simpleks (HSV), virus pernapasan syncytial (RSV), penyakit stafilokokus, penyakit streptokokus, pandemi influenza, shigella, HIV & schistosomiasis diantaranya. Vaksin terapeutik juga segera tersedia buat alergi, penyakit autoimun, & kecanduan.
0 comments:
Post a Comment