Semasa kecil, pelopor pergerakan Kebangsaan Indonesia dan pendiri Budi Utomo ini mengenym pendidikan Ongko Loro (Sekolah Desa) di dusun Mlati, Sleman. Wahidin kemudian pindah ke Yogyakarta melanjutkan studi ke Europeesche Lagere School yang merupakan sekolah dasar “elite” di Hindia Belanda. Ia bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut atas rekomendasi saudara iparnya Frits Kohle, seorang Belanda yang bekerja sebagai administrator pabrik gula di Wonolopo, Sragen, Surakarta. Rampung pendidikan ia masuk ke Tweede Europese Lagere School di Yogyakarta. Pada tahun 1864 Wahidin ke Batavia untuk melanjutkan belajarnya masuk STOVIA (Sekolah Dokter Jawa), kemudian menjadi asisten pengajar di sekolah tersebut. Dalam aktivitasnya di Batavia, Wahidin dan beberapa kawan membentuk studiefonds atau beasiswa bagi anakanak pandai dari kalangan tidak mampu.
Tamat STOVIA, Wahidin Sudirohusodo berhasil sebagai seorang dokter. Ia kerap bergaul pula membantu pribumi rendahan. Dari situ, Wahidin mengetahui penderitaan masyarakat yg tertindas akibat penjajahan bangsa Belanda. Bagi Wahidin, dilema tadi muncul dikarenakan keterbelakangan warga . Oleh karena itu, keliru satu cara membebaskan diri dari penjajahan adalah masyarakat wajib cerdas. Guna merealisasikan keinginannya, ia menyambangi beberapa tokoh masyarakat di Jawa sekaligus mengajak mereka buat berpartisipasi membangun ?Dana pelajar?, dana tadi akan dipakai buat membantu pemuda-pemuda pribumi yg cerdas, tetapi nir sanggup melanjutkan sekolahnya. Sayangnya ajakan Wahidin kurang mendapat sambutan.
Wahidin nir menyerah, beliau kembali ke Batavia dan menemui beberapa pelajar STOVIA. Bersama para pelajar tersebut salah satunya Sutomo, dia membicarakan gagasan mengenai nasib bangsa. Gayung bersambut baik, Wadihin kemudian menganjurkan supaya para pelajar membentuk sebuah organisasi yg bertujuan memajukan pendidikan guna meninggikan martabat bangsa. Alhasil pada lepas 20 Mei 1908 berdirilah sebuah organisasi yg diberi nama Budi Utomo. Organisasi ini didirikan sang Sutomo beserta kawan-kawannya lantaran imbas dari Dokter Wahidin Sudirihusodo. Budi Utomo adalah organisasi modern pertama pada Hindia Belanda sehingga lepas lahirnya diperingati menjadi Hari Kebangkitan Nasional.
Selain dikenal sebagai dokter dan organisatoris, Wahidin jua meniti karier di bidang jurnalis. Pada tahun 1900 ia pernah bergabung dalam redaksi surat fakta Retno Doemilah yang artinya ?Penerangan?. Melalui media ia bermaksud memberitahukan kepada rakyat tentang arti pentingnya arti pengajaran. Selain itu, Wahidin juga tercatat menjadi pimpinan redaksi majalah Goere Desa, sebuah majalah milik Budi Utomo. Berbeda menggunakan Retno Doemilah, melalui majalah Goere Desa, Wahidin menyuarakan pentingnya kesehatan rasional menjadi lawan terhadap agama pada dukun dan tahayul pada masa itu.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
0 comments:
Post a Comment