Muhamad Amiruddin alias Nuku merupakan putra Sultan Jamaluddin, raja Kerajaan Tidore. Konfl ik bermula tahun 1779, tatkala Sultan Jamaluddin ditangkap lalu dibuang ke Batavia karena tidak mengikuti perintah Belanda. Pemerintah kolonial pun kemudian mengangkat Kaicil Gay Jira, dan digantikan oleh Putranya Patra Alam sebagai raja Tidore. Pengangkatan tersebut ditentang oleh Nuku dan adiknya, Kamaluddin. Pasalnya berdasarkan adat yang berlaku, pengangkatan raja baru haruslah berdasarkan garis keturunan. Namun, tak lama berselang konfl ik berubah antara Sultan Nuku melawan Kamaluddin, karena pihak Belanda memilih mengangkat Kamaluddin sebagai Sultan Ternate setelah Patra Alam ditendang. Sultan Nuku lalu menyingkir dan membangun armada kora-kora di Seputar Seram dan Irian Jaya. Seram Timur dipilih menjadi pusat pertahanan.
Pada tahun 1787, Belanda dengan kekuatan akbar berhasil menguasai basis pertahanan Sultan Nuku di Seram Timur. Ia mundur & kembali membentuk kekuatan bari di Pulau Gorong. Sultan Nuku lalu menjalin interaksi timbal pulang dengan Inggris, supaya menerima pasokan senjata barah. Delapan tahun lalu, menggunakan persiapan matang, Sultan Nuku berbalik melancarkan serangan terhadap Belanda pada Benteng Ternate. Serangan tersebut sanggup mendesak pasukan Belanda hingga akhirnya menyerah, membuat Belanda kalang kabut dan akhirnya menyerah.
Tatkala Sultan Nuku berhasil merebut kembali Kasultanan Tidore, Sultan Kamaludin melarikan diri ke Ternate. Sultan Nuku kemudian mengangkat diri sebagai Sultan Tidore pada bulan Januari 1805. Setelah insiden tersebut, Kesultanan Tidore berada pada masa tenang. Sultan Nuku peninggal tanggal 14 November 1805. Atas perjuangannya, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada lepas 7 Agustus 1995.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional
0 comments:
Post a Comment