Kerajaan Gowa memiliki pengaruh besar bagi daerah sekitarnya karena menguasai jalur-jalur perdagangan di bagian wilayah timur nusantara. Sultan Hasanuddin merupakan penerus generasi ke-16 kerajaan tersebut. Ia mewarisi tahta ayahnya sejak tahunm 1653. Pada era pemerintahan Sultan Hasanuddin, Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) berupaya menguasai perdagangan rempahrempah di Gowa. Untuk mencapai ambisinya, VOC mengirim pasukan militer di bawah komando pimpinan Laksamana Cornelis Speelman pada 1666. Mendengar gelagat tidak mengenakkan, Sultan Hasanuddin segera membentuk pasukan dan mengumpulkan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia timur untuk bersatu melawan VOC.
Peperangan segera terjadi, mulanya pasukan Hasanuddin berhasil memukul mundur tentara musuh hingga VOC mengirim bala bantuan lebih besar. Kondisi menjadi berbalik, Belanda yang mengerahkan angkatan perang yang besar di bawah pimpinan Cornelis Speelman berhasil merebut beberapa benteng pertahanan Gowa dan memaksa Sultan Hassanudin melakukan perundingan di Bongaya pada 18 November 1667.
Akan tetapi, Perjanjian Bongaya terlalu menguntungkan pihak Belanda, Hasanuddin sebagai penguasa Gowa merasa dirinya terlalu tertekan akibat perjanjian tersebut. Pada bulan April 1668, ia bersama sekutu yang mendukungnya kembali berontak dan menyerang pos-pos Belanda di Gowa. Pertempuran sengit yang terjadi di beberapa tempat memaksa pihak Belanda kembali meminta tambahan pasukan dari Batavia. Meski Hasanuddin bersama rakyat Gowa melakukan perlawanan gigih, akhirnya ia terpaksa mengakui keunggulan Belanda saat benteng Sombaopu jatuh ke tangan musuh pada 24 Juni 1668. pertahanan terkuat dan terakhir kerajaan Gowa, yakni benteng Sombaopu, jatuh ke tangan Belanda. Dengan jatuhnya benteng tersebut kekuatan Hasanuddin semakin lemah, lima hari kemudian ia mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Namun, Hasanuddin tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda hingga ia meninggal dunia pada 12 Juni 1670.
Pertempuran di Gowa mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit dari pihak VOC. Perlawanan dan keberanian Sultan Hasanuddin memimpin rakyat memberi point tersendiri bagi Belanda, sampai-sampai orang Belanda menjulukinya “Ayam Jantan dari Timur”. Guna mengenang jasanya, pahlawan Makassar tersebut dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 1973.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
0 comments:
Post a Comment