Aksi klandestin militer di Jakarta tahun 1965 membawa pengaruh jelek di Yogyakarta. Sore hari, 2 Oktober 1965, kol Katamso baru saja pergi berdasarkan Magelang. Ia dipaksa menandatangani surat yang mendukung Dewan Revolusi sang Mayor Mulyono. Ia nir pribadi sepakat, namun meminta rapat terlebih dahulu. Malangnya, ia langsung diculik dari rumahnya. Di bawah todongan senjata, Katamso dibawa ke kompleks Batalyon L pada desa Kentungan Yogyakarta. Ia dianiaya dan dibunuh, kemudian dimasukkan pada sebuah sumur dan ditutup tanah.
Katamso yang berasal dari kota “bumi Sukowati’ ini menempuh pendidikan umum sampai tingkat Sekolah Menengah di kota kelahirannya. Lalu masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelahnya, ia diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo. Sesudah kemerdekaan Indonesia, ia menyumbang tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan dengan masuk TKR. Awalnya ia diangkat sebagai Komandan Kompi di Klaten, kemudian Komandan Kompi Batalyon 28 Divisi IV. Selama agresi Militer Belanda kedua, pasukan yang dipimpinnya sering kali terlibat dalam pertempuran melawan Belanda.
Selepas pengakuan kedaulatan Indonesia, pada Jawa Tengah ada pemberontakan Batalyon 426. Katamso diserahi tugas menumpas pemberontakan tersebut dan berhasil. Saat ada pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1958, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon ?A? Komando Operasi 17 Agustus dibawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani. Kemudian diserahi tugas sebagai Kepala Staf Resimen Team Pertempuran (RTP) II Diponegoro & berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dari situ ia dipindahkan sebagai Kepala Staf Resimen Riau Daratan Komando Daerah Militer (Kodam) III/17 Agustus. Setelah keamanan pada Sumatra pulih kembali, beliau ditarik ke Jakarta dan bertugas pada Komando Pendidikan & Latihan (Koplat) merangkap sebagai Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) pada Bandung. Pada tahun 1963 Katamso dipindahkan ke Jawa Tengah memangku jabatan Korem 072 Pamungkas di bawah Kodam VIII Diponegoro, berkedudukan di Yogyakarta. Ia membina Resimen Mahasiswa yg diberi latihan-latihan rniliter & jua ulet menyebarkan pendidikan.
Katamso akhirnya harus menjadi korban kekisruhan yang terjadi di Angkatan Darat. Semenjak dia diculik dan terbunuh, jenazahnya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Kemudian, ia dimakamkan pada Taman Pahlawan Semaki [Kusumanegara] Yogyakarta. Sebelum dikebumikan, Presiden segera menaikkan pangkatnya sebagai Brigadir Jendral Anumerta & memberi gelar Pahlawan Revolusi pada Katamso.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional
Pengarang: Kuncoro Hadi
0 comments:
Post a Comment