Dinasti berkebangsaan Iran ini berkuasa pada Khurasan & seberang Sungai Amudaria. Mereka dinisbatkan kepada Saman Khadah yang memeluk Islam & diangkat menjadi Gubernur Khurasan semasa pemerintahan Umawiyah. Keempat cucunya, Nuh, Yahya, Ahmad, dan Ilyas, diangkat Al-Makmun menjadi Gubernur Samarkand, Farghanah, Syasy, dan Harat. Yang mendirikan Dinasti Samaniyah adalah Nashr bin Ahmad as-Samani, yang diangkat Al-Mu?Tamid menjadi Gubernur Seberang Sungai Amudaria dalam tahun 261 Hijriah. Setelah itu, beliau digantikan saudaranya, Ismail, yg menumpas Dinasti Shafariyah pada tahun 295 Hijriah/908 Masehi.
Ismail berhasil mengokohkan kekuatan Dinasti Samaniyah. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Shafariyah berhasil ditaklukkan. Kekuasaannya membentang sampai Khurasan. Dia pula menguasai Tabaristan setelah mengalahkan penguasanya, Muhammad bin Zaid al-Alawi, pada tahun 287 Hijriah/900 Masehi.
Setelah itu, Ismail pula mampu memasukkan daerah Ray dan Laut Kaspia ke dalam daerahnya, yang kemudian diwarisi anak-cucunya secara turuntemurun.
Kekuasaan Dinasti Samaniyah membentang hingga perbatasan India & Turkistan. Yang berkuasa pada dinasti tersebut terdapat sembilan orang. Yang paling masyhur adalah Nashr II, Nuh I, dan Nuh II. Pada masa mereka, peradaban dan kebudayaan Islam sebagai semakin diakui. Bukhara dan Samarkand pun menjadi sentra kebudayaan Islam yang penting, di samping Baghdad. Sastra Iran berkembang & berkibar serta melahirkan namanama akbar, misalnya ar-Raudaki, al-Firdausi, & Ibnu Sina.
Dinasti Samaniyah menciptakan kemajuan dalam bidang pembangunan, pembuatan tembikar, tenun sutra, & pembuatan kertas yg tersebar luas pada Samarkand. Dari Samarkand, kertas beredar ke semua daerah Islam. Samaniyah pula sangat memerhatikan buku-kitab ilmu agama. Mereka mendirikan sebuah perpustakaan yang tiada duanya. Koleksi kitabnya pun nir ditemukan di perpustakaan lain.
Samaniyah jua meminta donasi pada budakbudak Turki buat memperkuat kekuasaannya. Dinasti Samaniyah runtuh pada tahun 389 Hijriah/999 Masehi sang Al-Batkin al Ghaznawi.
Sumber: Atlas Sejarah Islam
0 comments:
Post a Comment