Pada waktu Dinatsi Abbasiyah melemah pada belahan Timur, muncullah sebuah negeri mini yang tampil sebagai sebuah negeri yg krusial dalam politik Islam. Kemunculannya diawali berdasarkan kehadiran seseorang lelaki menurut Dailam yg bernama Mardawij bin Zayar. Ia sanggup mengalahkan Zaidiyah yg berkuasa pada Tabaristan buat menjadi penguasa tunggal pada daerah tadi. Mardawij mempunyai seseorang pembantu yang bernama Buwaih. Anaknya, Ali bin Buwaih, sebagai penguasai wilayah Karaj di Hamdzan bagian Tenggara. Dia memberontak dalam Al Qahir, Gubernur Abbasiyah, pada tahun 320 Hijriah/932 Masehi & berhasil mengusirnya.
Meskipun Mardawaij selalu berhasil mengusir para pemberontak dari ibu kota dan menyatukan kekuasaan, Ali bersama saudara-saudaranya bersatu untuk membentangkan kekuasaan di daerah baru di Persia. Pada tahun 322 Hijriah/934 Masehi, Ali berkuasa pada Syiraz dan menjadikannya menjadi ibu kota.
Pada tahun 323 Hijriah/935 Masehi, pasukan Mardawaij menyerang Turki dan membunuh Ali bin Buwaih. Sementara itu, saudara Ali yang bernama Hasan sanggup menguasai Jibal ketika saudaranya yg bernama Ahmad menaklukkan Kerman.
Pada saat itu, keadaan di Baghdad rancu-balau sehingga pihak luar dengan gampang ikut campur tangan. Al Muttaqi, yang berkuasa dalam 329--333 Hijriah/940--944 Masehi, hanya sebagai bulan bulanan menurut berbagai pihak, seperti para panglima yg ingin berkuasa dan Al Baridi, Gubernur Khurasan Muhammad bin Raiq, dan Hamdaniyah. Bahkan, saat Al Muttaqi berusaha untuk bekerja sama menggunakan Ikhsyid yang berkuasa pada Mesir, penguasa Turki, Tauzun, menangkapnya & mencukil matanya. Putra Al-Muttaqi yg bernama al-Mustaki ternyata tidak lebih baik daripada ayahnya.
)etika para pejabat yang menguasai al Mustaki tidak bisa memenuhi tuntutan pasukan perang negara, yaitu menaruh bayaran pada mereka, & para pejabat tidak mampu menangani kelaparan yg mengancam )rak, al Mustaki menggandeng tangan Ahmad bin Buwaih supaya menjadi penyelamat. Ahmad pun bergerak menggunakan pasukannya menurut Kerman menuju Irak.
Ahmad menguasai Wasith sehabis peperangan sengit antara dia menggunakan Al Baridi dan Tauzun. Pada akhir tahun 334 Hijriah/945 Masehi, Ahmad memasuki )rak menjadi pemenang. Al Mustaki memberinya jabatan amirul umara? & memberinya gelar Muizzud Daulah.
Apapun yang terjadi, tidak lama lalu Al Mustaki menyusul para pendahulunya ke alam baka karena diduga herbi musuh Buawihiyah.
Setelah al Mustaki, terdapat 3 orang khalifah yg menggantikannya, yaitu Al Muthi?, Ath Tha-i?, & Al Qadir. Tetapi, mereka nir lebih berdasarkan permainan dan pekerja buat Buwaihiyah. Para khalifah itu tidak memiliki kekuasaan, kecuali secara teori. Sementara itu, kabilah Buwaihiyah yang menguasai pemerintahan kadang tinggal di Baghdad atau Syiraz, ibu kota mereka sendiri.
Buwaihiyah tidak sanggup mempertahankan kekuasaan mereka, kecuali menggunakan monoton bermusuhan menggunakan penduduk pegunungan Iran, misalnya kota Dailam yg selalu menampakkan perilaku memberontak. Demikian jua kabilah-kabilah Arab pada jazirah yang bersikap memusuhi Buwaihiyah sehabis runtuhnya Dinasti Hamdaniyah.
Tak usang lalu, ketiga pewaris Buwaihiyah berseteru buat memperebutkan jabatan sebagai raja. Sejak tahun 366 Hijriah/976 Masehi, Adhudud Daulah bin Hasan bin Buwaih merampas seluruh kekuasaan saudara-saudaraya supaya Irak dan Persia menjadi sebuah negara kesatuan.
Tak lama kemudian, Dinasti Buwaihiyah mengalami kemunduran pada tahun 373 Hijriah/983 Masehi karena permusuhan di antara pewarisnya. Pada tahun 420 Hijriah/ 1029 Masehi, muncul Mahmud bin Sebaktakain dari Turki yang berhasil menundukkan Majdud Daulah bin Fakhdud Daulah Al Buwaihi yang menguasai wilayah Timur, sebagaimana Tughrulbik dari Saljuk yang pada tahun 447 Hijriah/1055 Masehi menangkap Malik ar Rahim al Buwaihi yang menguasai Irak. Kedua khalifah Dinasti Buwaihiyah itu mengakhiri hidup mereka di bui.
Ilmu pengetahuan berkembang pesat pada masa Dinasti Buwaihiyah. Pada masa pemerintahan Adhudud Daulah, pembangunan tempat tinggal sakit Al-Adhudi dimulai dan terselesaikan pada tahun 368 Hijriah/978 Masehi. Rumah sakit itu baru diresmikan pada tahun 372 Hijriah/983 Masehi. Hebatnya, tempat tinggal sakit itu sudah dilengkapi menggunakan obat & flora obat dan peralatan yg memadai. Bahkan, dalam tiap bidang terdapat dokter spesialis yg membidangi. Termasuk dokter tenar pada tempat tinggal sakit tersebut adalah Abu Hasan al-Ahwazi, keliru seorang dokter bedah terpenting pada Abad Keempat Hijriah. Dia digelari Al-Muhallil li Ilmi Thib karena pendapatnya yg mengkritik buku-kitab kuno dokter Yunani, seperti Socrates & Galenos. Dia tewas pada Baghdad tahun 384 Hijriah/994 Masehi. Peninggalannya yg terpenting merupakan ensiklopedia ilmiah yang berjudul Kamil ashShina?Ah ath-Thibiyah.
Termasuk dokter kenamaan pada periode ini adalah Abu Sahl al-Kuhi yg mati pada tahun 390 Hijriah/ 1000 Masehi, yg jua ahli astronomi & isika. Dia lahir pada kota )uh pada pegunungan Tabaristan, kemudian hijrah ke Baghdad. Di Baghdad, dia menimba ilmu politik. Syarafud Daulah bin Adhudud Daulah al-Buwaihi memintanya menciptakan loka pengamatan cakrawala pada Baghdad serta mengajarkan pelajaran pengamatan bintang. Al Kuhi lalu mendirikan loka pengamatan bintang yg bertenaga & kokoh agar nir berubah karena getaran. Al Kuhi jua unggul dalam menciptakan alat pengamatan cakrawala. Hal tersebut terlihat jelas pada kitabnya, Shun?Ah al-Ishthirlab bi al-Barahin.
Tokoh lainnya yg timbul dalam era ini adalah pakar astronomi & ahli eksakta Abu Wafa? AlBauzajani 328--376 Hijriah/940--986 Masehi. Al-Bauzajani berhasil membuahkan dirinya orang besar yg selalu dikenang di Baghdad sehingga mempunyai interaksi yg baik menggunakan Dinasti Buwaih. Ketika Syarafud Daulah al-Buwaihi membuat loka pengamatan cakrawala pada Baghdad, Al-Bauzajani termasuk bawahan Abu Sahl al-Kuhi.
0 comments:
Post a Comment