Dinasti Fathimiyah berdiri pada Afrika pada tahun 296 Hijriah/909 Masehi di bawah pimpinan Ubaidullah (Al-Mahdi) yang mengaku berhak menjadi khalifah lantaran cucu Muhammad bin Ismail bin Ja?Far ash-Shadiq. Berdirinya dinasti ini nir tanggal dari jasa seseorang pendukung dari keturunan Ismail yg bernama Abu Abdullah asy-Syi?I dan jasa kabilah Kitamah. Dinasti ini pula bernama Dinasti Ubaidiyah.
Dinasti Fathimiyah membentang pada Barat daerah Dinasti Idrisiyah dan Rustamiyah & beribu kota di Mahdiyah. Dinasti Fathimiyah di Afrika selalu mengincar wilayah Timur & berencana menguasai Mesir, kemudian beralih ke Baghdad & mewarisi Dinasti Abbasiyah.
Kematian Kafur al-Ikhsyidi di Mesir membuka pintu bagi pasukan Ubaidiyah buat memasukinya. Jauhar ash-Shaqli, panglima pasukan Al-Muizz Lidillah, memasuki Fustat pada tahun 358 Hijriah/968 Masehi & mendirikan kota Kairo. Empat tahun lalu, Dinasti Ubaidiyah berpindah dengan semua anggotanya ke Kairo, bunda kota yang baru. Di Kairolah Dinasti Ubaidiyah berganti nama sebagai Dinasti Fathimiyah.
Pada tahun 359 Hijriah/969 Masehi, Fathimiyah sudah menguasai Suriah bagian Selatan. Khalifah Abbasiyah, Al-Muqtadir Billah, terlihat tidak sanggup menghalangi berdirinya dinasti ini. Bahkan, oleh khalifah pernah menciptakan maklumat yg isinya menyangsikan keabsahan nasab AlMahdi. Sayangnya, hal itu malah membangkitkan kemarahan anak-cucu Hasyim, termasuk anak-cucu Ali.
Meski diterpa pro-kontra nasab, mereka berhasil menghidupkan keagungan & mengangkat harkat prestise. Namun, hal itu hanya terjadi sementara waktu. Panglima-panglima dinasti ini lemah sehingga ikut menggoyahkan para menteri yg bertenaga. Keagungan dinasti menjadi pudar akibat perpecahan di dalam negeri dan akhirnya runtuh.
Kemunduran tersebut dimulai pada periode AlHakim Biamrillah karena tindakannya yang buruk, berani menghancurkan Gereja Qiyamat di Al-Quds, yang menjadi salah satu sebab terjadinya Perang Salib. Kemunduran itu semakin hebat pada periode Al-Mustanshir Billah. Dia terlahir dari seorang sahaya wanita yang terdidik di rumah seorang Yahudi bernama Abu Said at-Tustari. Sang ibu ikut menguasai urusan pemerintahan dan mengangkat beberapa menteri Yahudi, termasuk Shadaqah bin Yusuf al-Falahi dan Abu Said at-Tustari. Menterimenteri tersebut memberikan kedudukan kepada orang-orang seagamanya sehingga kaum muslimin menjadi lemah.
Pada periode Al-Mustanshir Billah, Fathimiyah diusir sang Dinasti Saljuk berdasarkan Suriah. Fathimiyah pula diusir dari Sicilia oleh bangsa Norman pada bawah pimpinan Roger dalam tahun 461 Hijriah/ 1068 Masehi. Selain itu, muncul wabah penyakit yg dipercaya paling usang di Abad Pertengahan, mulai tahun 446 hingga 454 Hijriah. Wabah yg oleh pakar sejarah diklaim sebagai tahun-tahun paling berat itu disertai menggunakan perang di dalam negeri. Untunglah Al-Mustanshir memanggil Badr al-Jamali, penguasa ?Aka, buat menuntaskan perang pada negeri. Mesir pun pulang menjadi kondusif & hening.
Al-Mustanshir menikahi putri Badr & mendapatkan putra bernama Al-Musta?Li. Ketika wafat dalam tahun 487 Hijriah/1094 Masehi sesudah memerintah selama enam puluh tahun, putra Mustanshir yg bernama Nizar mengklaim diri sebagai khalifah. Memang, sebelum wafat AlMustanshir telah memilih beliau sebagai putra mahkota. Tetapi, Al Afdhal bin Badr al-Jamali yang membarui ayahnya sebagai panglima perang lebih senang Al- Musta?Li, yg tidak lain keponakan Al-Afdhal sendiri. Hal itu mengakibatkan Nizar terbunuh.
Kematian Nizar menciptakan anak-cucu Ismail terpecah sebagai 2 gerombolan , yaitu grup Musta?Liyah & grup Nizariyah. Pada periode Al-Musta?Li, Perang Salib dimulai pada negeri Suriah. Kaum Salib menduduki Baitul Maqdis pada tahun 493 Masehi/1099 Masehi. Setelah Al Musta?Li terdapat beberapa khalifah lagi dalam Dinasti Fathimiyah. Ada yang berakhir diturunkan menurut takhta & ada jua yang dibunuh. Sampai akhirnya, Shalahuddin al-Ayyubi meruntuhkan Dinasti Fathimiyah dan mendirikan Dinasti Ayyubiyyah pada tahun 564 Hijriah/1168 Masehi buat Dinasti Abbasiyah.
0 comments:
Post a Comment