Setelah Dinasti Tuluniyah runtuh, Mesir berada di bawah kekuasaan Abbasiyah. Meski demikian, selama tiga puluh tahun Mesir menjadi sasaran kekacauan, huru-hara, dan perpecahan. Pengaruh Abbasiyah di Mesir semakin lemah setelah Dinasti Tuluniyah runtuh sehingga Muhammad bin Thugj al Ikhsyid, salah satu panglima perang Turki di Abbasiyah, berkeinginan menguasai Mesir dan melepaskan diri dari Abbasiyah.
Keinginan Ikhsyid itu dikuatkan oleh perbuatannya membela negeri Mesir bagian Utara menurut ancaman Dinasti Fathimiyah pada Tunis dalam tahun 321--324 Hijriah/ 933--936 Masehi. Pada tahun 323 Hijriah/935 Masehi, Ikhsyid menguasai Mesir secara absolut.
Khalifah Abbasiyah, Ar Radhi, awalnya ingin menggandeng Muhammad menjadi sekutunya. Karena itu, beliau memberinya gelar al-Ikhsyid, gelar berbahasa Persia buat gubernur. Hal tersebut menerangkan besarnya impak Ikhsyid pada Mesir dan luas wilayahnya.
Muhammad bin Thugj adalah pendiri Dinasti Ikhsyidiyah di Mesir. Kepada dialah keluarga Ikhsyid dinisbatkan. Hubungannya dengan pemerintahan Abbasiyah sebenarnya sangat baik. Namun, Ar Radhi, penguasa Abbasiyah, mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Muhammad bin Raiq ke Suriah untuk merampas Mesir dari Ikhsyidiyah pada tahun 328 Hijriah/ 940 Masehi.
Dari situlah Ikhsyid membuang nama Khalifah Abbasiyah dari khotbahnya, mengumumkan kemerdekaan Mesir, & mengangkat dirinya menjadi penguasa Mesir. Setelah sanggup memukul mundur pasukan Abbasiyah, Ikhsyid mencurahkan perhatiannya ke dalam negeri buat memberantas pengacau dan perpecahan pada negeri. Dia jua berusaha menyatukan global Arab di kurang lebih Mesir & bersatupadu buat melawan Romawi.
Dua tahun sejak berdirinya Dinasti Ikhsyidiyah, Ikhsyid menggabungkan Suriah ke pada kekuasaannya setelah kematian Muhammad bin Raiq pada tahun 330 Hijriah supaya bisa menghadapi kekuatan Romawi. Kekaisaran Romawi tentu saja gusar. Mereka pun berniat bersahabat menggunakan Ikhsyid, sebagaimana yg mereka lakukan terhadap Ahmad bin Tulun.
Satu tahun setelah penyatuan tadi, Ikhsyid mengerahkan kekuatan ke Mekah & Madinah. Mereka pun bisa menguasai ke 2 tanah kudus itu & mengawasi urusan manasik haji.
Ikhsyid wafat pada tahun 335 Hijriah/946 Masehi & digantikan Abu Misik Kafur, oleh Perdana Menteri, yang sekaligus ditunjuk mengurus 2 anak Ikhsyid yg masih kecil. Kafur bisa mempertahankan kekuasaan Dinasti Ikhsyidiyah & melindungi serta menumpas grup Qaramithah. Kafur jua menyatukan Mesir, Suriah, dan Maroko. Hasilnya, kekuasaan Ikhsyidiyah membentang sampai pegunungan Thawus di Suriah bagian Utara dan menjadi kekuatan adidaya yang ditakuti Romawi.
Kafur menjadi penguasa Mesir selama 2 puluh 3 tahun atas nama anak-anak Ikhsyid. Hanya dua tahun dia berkuasa atas namanya sendiri. Selama berkuasa, nama Kafur benar-benar brilian dan agung. Namanya jua didoakan pada mimbar-mimbar masjid, mulai perbatasan Syam sampai Mesir & Hijaz. Kafur merupakan sosok yang gagah berani dan berperangai baik.
Ketika wafat, beliau digantikan Abu Fawaris Ahmad bin Ali, cucu Ikhsyid. Saat itu, oleh pewaris masih mini dan belum berusia sebelas tahun. Kondisi ini ternyata menyulut perpecahan. Situasi pun tidak terkendali.
Serangan Dinasti Fathimiyah ke Mesir yg dilakukan Al-Muizz Lidinillah menjadi semakin gencar. Dinasti Abbasiyah pun nir sanggup melindungi Dinasti Ikhsyidiyah sebagai akibatnya menggunakan gampang dikuasai dan diruntuhkan
0 comments:
Post a Comment