Nyi Ageng Serang adalah nama terkenal dari Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi, seseorang putri dari Bupati Serang, Panembahan Natapraja. Wilayah Serang adalah wilayah pada bawah pemerintahan Kasultanan Mataram Surakarta. Tatkala terjadi kon?Ik antara Pangeran Mangkubumi dengan Pakubuwana II, Natapraja ikut pada barisan pasukan Pangeran Mangkubumi. Kemudian sehabis Perjanjian Giyanti diteken pada tahun 1755, lalu Pangeran Mangkubumi mendirikan Kasultanan Yogyakarta, Natapraja turut membawa Nyi Ageng Serang ke Yogyakarta.
Konflik intern Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1825 yang kemudian mengakibatkan meletusnya Perang Jawa selama lima tahun, menyeret Nyi Ageng Serang turut serta. Ia memihak Pangeran Diponegoro dan menentang keraton yang sudah dipengaruhi oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Nyi Ageng Serang diangkat menjadi salah satu panglima perang, ia juga menjadi penasihat Pangeran Diponegoro. Nyi Ageng Serang sudah sepuh saat Perang Jawa terjadi, berumur 73 tahun. Akan tetapi, ia memiliki pasukan khusus dikenal dengan nama Pasukan Siluman. Seperti siluman, prajurit Nyi Ageng Serang kerap melakukan serangan secepat kilat kemudian menghilang tanpa jejak.
Atas anjuran Nyi Ageng Seranglah, pasukan Diponegoro menggunakan daun lumbu pada pertempuran supaya nir mudah diketahui musuh. Pada 1828, dia mangkat dunia karena sakit & dimakamkan di atas bukit pada Dusun Beku, Pagerarjo, Kalibawang, Kulonprogo. Pemerintah Indonesia mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional pada 13 Desember 1974. Di Wates, Yogyakarta bagian Barat, masih ada sungai yang dinamai Sungai Serang, masih ada pula patung Nyi Ageng Serang sedang menaiki kuda menggunakan membawa tombak di simpang 5 kota Wates.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
0 comments:
Post a Comment