Saat pecah Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi, ia lalu memasuki Sekolah Angkatan Laut pada Surabaya. Kala Jepang datang, beliau dibawa Belanda ke Inggris mengikuti pendidikan navigasi pada Royal Canadian Air Force. Ia punya catatan prestasi di Eropa: menerbangkan 44 misi terbang, termasuk menerbangkan Avro Lancaster pada pemboman tentara NAZI di Jerman. Ia kemudian balik ke tanah air, bergabung dengan TKR bagian Penerbangan yang nantinya sebagai AURI, & melawan Belanda buat kemerdekaan Indonesia.
Sebelum bergabung dengan pendidikan militer, Halim menempuh pendidikan dasar [HIS] dan sekolah menengah pertama [MULO] di tempat asalnya. Ia kemudian melanjutkan ke Sekolah Pamong Praja [OSVIA] di Magelang dan hanya ditempuhnya sampai tingkat II. Setelah itu, ia masuk pendidikan militer dari angkatan laut di Surabaya hingga menjadi penerbang di Inggris.
Pada 1947, saat telah berada pada tanah air, Abdul Halim bertugas pada Sumatera buat membina Angkatan Udara pada sana. Pada ketika itu organisasi AURI pada Sumatera bisa dikatakan belum lagi berdiri. Beberapa lapangan udara sudah dapat dibuka, tetapi hubungan antara lapangan yang satu menggunakan yang lain nir terdapat. Masing-masing berdiri sendiri dan berada di bawah kekuasaan divisi-divisi Angkatan Darat. Untuk keperluan membina organisasi AURI, dia Abdul Halim diangkat menjadi keliru satu wakil AURI pada Komandemen Tentara Sumatera. Selain itu, dia diangkat pula sebagai Wakil II Kepala Staf Angkatan Udara. Abdul halim berusaha membuka hubungan dengan luar negeri untuk mencari senjata & bantuan lain yang perlu bagi usaha. Pekerjaan itu cukup berbahaya karena harus menembus blokade udara Belanda.
Pada 14 Desember 1947, ia melaksanakan misi penting. Ia terbang dengan pesawat Avron Anson RI-003 menuju Tailand mengangkut senjata. Pesawat terbang itu akhirnya dipenuhi dengan senjata karabin, sten gan, pistol, dan bom tangan. Ia lalu kembali ke Indonesia. Tetapi saat terbang di sekitaran Labuhan Bilik Besar, Pantai Lumut, Malaysia, udara sangat buruk menyebabkan sayap pesawat patah dan kemudian meledak. Abdul Halim gugur dalam usia muda, 25 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Perak Malaysia, hingga pada 10 Nopember 1975 kerangka jenazahnya dipindahkan ke tanah air dan dimakamkan di TMP Nasional Kalibata. Atas jasa-jasanya dalam perang kemerdekaan, pemerintah Indonesia menaikkan pangkatnya menjadi Marsekal Muda Anumerta dan memberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1975.
Sumber: Ensiklopedi Sejarah Nasional
0 comments:
Post a Comment