Saat Jepang datang, dia menentang seikeirei [memberi hormat dengan menundukkan kepala ke arah matahari terbit]. Perbuatan musyrik yang bertentangan menggunakan ajaran Islam lantaran mendewakan matahari. Pengerahan Romusa [pekerja paksa] juga ditentangnya. Ia membangun pasukan tempur berdasarkan pesantren Sukamanah & melancarkan perlawanan bersenjata terhadap tentara Jepang. Muridmurid pesantrennya disuruh berpuasa buat mempertebal iman serta berlatih keras Pencak Silat. Sesuai rencana, perlawanan dimulai dalam 25 Februari 1944. Sehari sebelum itu, datang utusan Jepang berdasarkan Tasikmalaya meminta berunding. Utusan itu segera disandera dan beliau segera membicarakan ultimatum supaya tanggal 25 Februari 1944, Jepang memerdekakan pulau Jawa. Jepang tidak terima & perang akhirnya berkobar. Sang ulama penyeru perang ini melihat fasisme Jepang lebih berbahaya dari imperialisme Belanda.
Zaenal Mustofa bernama asli Umri atau Hudaemi. Ia lahir menurut keluarga petani berkecukupan, pasangan Nawapi & Ratmah. Ia memperoleh pendidikan formal di Sekolah Rakyat. Dalam bidang agama, beliau belajar mengaji berdasarkan guru agama pada kampungnya. Lalu melanjutkan pendidikan ke pesantren Gunung Pari. Ia lalu mondok pada Pesantren Cilenga & pada Pesantren Sukamiskin Bandung. Selama hampir 17 tahun dia terus menggeluti ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lain. Oleh karenanya, dia mahir bahasa Arab dan memiliki pengetahuan agama yang luas. Pada 1927, beliau pulang ke Mekah menunaikan ibadah haji & sekembalinya ke kampung laman membarui namanya menjadi Zaenal Mustofa
Zaenal Mustofa lalu mendirikan sebuah pesantren menggunakan nama Pesantren Sukamanah. Melalui pesantren itu dia ingin memajukan masyarakat Islam & menyebarluaskan agama Islam. Ia acapkali mengadakan ceramah kepercayaan ke pelosok-pelosok desa di Tasikmalaya. Maka sebutan kiai akhirnya melekat menggunakan namanya. Ia tumbuh sebagai pemimpin dan anutan yang karismatik, patriotik, & berpandangan jauh ke depan. Pada 1933, dia masuk Nahdhatul Ulama (NU) & diangkat sebagai wakil NU Tasikmalaya. Namanya semakin dikenal & setiap berceramah, ia selalu menanamkan semangat kebangsaan dan menentang penjajahan. Pemerintah kolonial Belanda sebagai curiga dan menuduhnya menghasut rakyat buat memberontak terhadap pemerintah. Pada 17 November 1941 ia ditangkap dan dimasukkan ke penjara Tasikmalaya & pada pindah ke Sukamiskin Bandung. Awal tahun 1942, ia dibebaskan. Akan tetapi, pada Februari 1942, ia pulang ditangkap menggunakan tuduhan sama dengan sebelumnya & segera masuk penjara Ciamis.
Sang kyai baru bebas selesainya Belanda menyerah dalam fasisme Jepang. Di masa Jepang inilah kebencian Mustofa semakin akbar terhadap penjajahan. Ia merasa Jepang justru lebih kejam dari Belanda. Ia selalu menentang kebijakan pemerintah Jepang. Ia menentang seikerei pertama kali ketika seluruh alim ulama Singaparna berkumpul di alun-alun dan melakukannya. Ia jua menggunakan gigih menentang penggunaan tenaga secara paksa buat Jepang [Romusa].
Mustofa segera mengadakan perlawanan. Menyiapkan santrinya menjadi laskar pejuang dengan senjata seadanya & bekal ilmu bela diri pencak silat yang diberikannya pada pesantren. Mustofa segera bergerak. Rencananya, laskar singaparna ini akan menculik para petinggi Jepang, melakukan sabotase, dan membebaskan tawanan Jepang. Akan namun, planning ini bocor dan Jepang mengirim utusan ke pesantren. Utusan ini justru tertawan kemudian keesokan harinya timbul opsir Jepang yg menciptakan keributan. Perkelahian terjadi, 3 opsir mangkat dan satu orang melarikan diri. Mustofa segera memberi ultimatum pada pemerintah Jepang untuk memerdekakan Pulau Jawa terhitung hari itu juga, 25 Februari 1944.
Pemerintah Jepang menjawabnya menggunakan mengirim pasukan yg besar ke pesantren Sukamanah. Pertempuran sengit nir mampu dihindari & pesantren Sukamanah diduduki tentara Jepang. Mustofa tertangkap & pesantrennya segera ditutup paksa oleh militer Jepang. Sang ulama yg tertangkap segera dibawa Jepang ke Jakarta. Pada 25 Oktober 1944, Kyai Haji Zaenal Mustofa dijatuhi hukuman tewas. Ia dieksekusi & jenazahnya dikubur di pemakaman Belanda Ancol.
Atas jasa-jasanya yg begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional pada Kyai Haji Zaenal Mustofa dalam 1972. Setahun berselang, kuburannya di Ancol kemudian dipindahkan ke makam Sukamanah Singaparna Tasikmalaya.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
0 comments:
Post a Comment