Sultan Mahmud Badaruddin II memerintah Kasultananan Palembang selama 2 periode, yakni pada 1803-1813 & 1818- 1821. Ia lahir pada Palembang tahun 1767 & dinobatkan sebagai Sultan Kerajaan Palembang tahun 1803. Kala itu terjadi perebutan kekuasaan atas Palembang antara Inggris & Belanda. Melalui pertempuran di Sungai Aur pada 14 September 1811, Inggris berhasil mengusir Belanda menurut bumi Wong Kito. Akan namun, Badaruddin tidak mau mengakui kekuasaan Inggris atas Palembang lantaran Palembang hanya akan menjadi ?Boneka? Inggris. Penolakan tadi menciptakan Inggris mengerahkan kekuatan militer dan pada Maret 1812 Palembang berhasil diduduki. Sultan Badaruddin terpaksa menyingkir ke Muara Rawas.
Guna mengisi jabatan, sultan Inggris kemudian mengangkat saudara termuda Badaruddin II, Husin Diauddin sultan Palembang. Namun, syarat internasional paska kesepakatan London 1814 memaksa Inggris menyerahkan pulang Palembang pada Pemerintah Hindia Belanda. Imbasnya, Husin Diauddin yg dianggap sekutu Britania di bawa ke Batavia dan dibuang ke Cianjur. Badaruddin II balik sebagai Sultan Palembang dalam 1818. Meski Belanda turut andil dalam kembalinya Badaruddin II, namun sultan juga tidak mengakui kekuasaan Belanda di Palembang. Puncaknya, pecah Perang Menteng pada 12 Juni 1819. Pertempuran berlangsung hingga esok hari, pihak Belanda yg dipimpin oleh Jenderal Muntinghe kewalahan kemudian mundur kembali ke Batavia.
Pasukan Belanda di bawah komando Wolterbeek menggunakan kekuatan dua kali lipat balik ke Palembang. Adu meriam terjadi pada tepi Sungai Musi dalam 21 Oktober 1819. Sultan Badaruddin II telah mempersiapkan adanya serangan kembali dari pihak Belanda sehingga menciptakan benteng-benteng pertahanan. Untuk ketiga kalinya Belanda wajib pulang dari Kukang. Pasukan Wolterbeek pulang ke Batavia pada 30 Oktober 1819.
Belanda tidak bosan menggunakan kekalahan. Tahun 1821 Belanda mendatangkan pasukan lebih akbar yang dikawal eksklusif sang Mayor Jenderal Marcus de Knock. Bentrok kembali terjadi, kali ini Belanda berhasil menduduki Benteng Kembar & Plaju yang mengakibatkan jalan menuju Palembang terbuka. De Knock mengultimatum Badaruddin supaya menyerahkan diri, tapi tidak diindahkan Sultan. Belanda lalu melancarkan serangan akbar-besaran & pada tanggal 1 Juli 1821 berhasil menduduki kraton. Sultan Badaruddin II ditawan, lalu diungsikan ke Ternate hingga wafat dalam lepas 26 September 1852.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional
0 comments:
Post a Comment