Selain di Ternate, terdapat beberapa kerajaan lain yang juga memiliki pengaruh, masing-masing kerajaan bersaing untuk menjadi kekuatan hegemonik di Maluku. Dalam perkembangannya, Ternate lebih berhasil menjadi kekuatan hegemonik di wilayah tersebut dibandingkan dengan kerajaankerajaan lain, kemajuan perdagangan dan kekuatan militer yang Ternate miliki menjadi alasan kemanangan tersebut. Selanjutnya, Ternate mulai melakukan ekspansi wilayah guna menambah wilayah kekuasaan dan meningkatkan daerah dagang, atas sikap inilah menimbulkan kebencian kerajaan lainnya. Dan pada akhirnya berlanjut pada peperangan untuk menghentikan kekuasaan Ternate.
Untuk menghentikan konlik yang berlarut-larut, Raja Ternate ke-7, yaitu Kolano Cili Aiya (1322-1331) mengundang setiap raja-raja diwilayah Maluku yang lain untuk berdamai. Dalam pertemuan tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk membentuk suatu persekutuan yang kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Hasil lain dalam pertemuan tersebut adalah disepakatinya penyeragaman bentuk lembaga kerajaan di Maluku. Pertemuan itu diikuti oleh 4 raja terkuat di Maluku, dan pada akhirnya persekutuan tersebut disebut juga sebagai Persekutuan Moloku Kie Raha (Empat Gunung Maluku) dan dengan demikian diharapkan terjadi perdagangan antar kerajaan dengan system yang baik dan bersih sehingga meminimalisasi terjadinya perebutan dominasi.
Mulai munculnya hubungan ekonomi dan perdagangan masyarakat Ternate dengan dunia luar yaitu hubungan dengan para saudagar dikarenakan daerah Ternate dan kepulauan Maluku pada umumnya termasuk penghasil rempah-rempah; cengkeh dan pala yang terbaik kualitasnya di dunia. Kedua hasil bumi tersebut mempunyai kualitas ekspor kelas satu, sehingga menarik minat dari negara-negara Eropa dan saudagar-saudagar Arab untuk berdatangan ke daerah tersebut, biasanya para saudagar asing yang dating ke Ternate membeli cengkeh dan pala sebagai bahan obat-obatan, pengawet, dan campuran rokok. Hubungan yang saling menguntungkan terjadi di Ternate dengan ramainya daerah mereka setelah kedatangan bangsa Asing dari berbagai benua yaitu berbaur dalam bentuk transaksi dan berintegrasi dengan penduduk setempat.
Hubungan yang telah terjadi baik antara para saudagar asing dengan penduduk setempat tersebut berlanjut dengan hubungan religio politik dan intelektual keagamaan. Hubungan ekonomi-perdagangan yang diteruskan dengan hubungan keagamaan dan politik mencipatakan manifestasi terjadinya proses islamisasi dan konversi agama dari penduduk asing yang beragama Islam kepada pribumi. Sebagai konsekuensi terjadinya proses islamisasi kerajaan adalah wujudnya intensiikasi kesadaran keislaman para sultan yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Pada tahapan intensiikasi inilah hubungan intelektual-keagamaan menjadi marak. Hal itu diawali oleh apa yang Sultan Zainal Abidin (1500-1522) lakukan, yaitu dengan belajar agama Islam hingga sampai ke daerah Jawa. Dan pada abad ke-16 M setelah kepulangan Zainal Abidin dari “ngangsu kaweruh” (menuntut ilmu) akhirnya berimplikasi banyak pada akselerasi cara-cara penyebaran Islam di kepulauan Maluku.
Raja Ternate yang diketahui pertama memeluk Islam adalah Kolano Marhum (1465-1486) yang berkuasa di Ternate pada abad ke-18 yang kemudian digantikan oleh putranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah besar yang diambil Zainal Abidin selama ia memimpin di antaranya adalah: 1) Meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan Sultan; 2) Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan; 3) Memberlakukan Syariat Islam; dan 4) Membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Sikap dan arahan dari Zainal Abidin ini kemudian diikuti secara total oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Selain itu, Zainal Abidin juga mendirikan madrasah Islam pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin yang pernah mendalami ajaran Islam secara langsung kepada Sunan Giri di pulau Jawa itu pernah mendapatkan julukan sebagai “Sultan Bualawa” atau “Sultan Cengkih.”
Sumber: Ensiklopedia Kerajaan Islam pada Indonesia oleh Binuko Amarseto
Bourbon
0 comments:
Post a Comment