Kampanye militer Afrika Utara adalah salah satu bagian utama dari Perang Dunia II. Kampanye militer ini dimulai dari masuknya Italia ke dalam perang setelah kekalahan Perancis dan diusirnya pasukan Inggris dari Perancis.
Italia yang dipimpin oleh "Il Duce" Mussolini ikut dalam perang dengan ambisi untuk membangun Kekaisaran Romawi yang baru. Mussolini pun memutuskan untuk menyerang Mesir yang dikuasai Inggris dari Libia.
Pasukan Italia yang dipimpin Rodolfo Graziani menyerang Mesir pada 8 Agustus 1940 dan mereka berhasil sampai ke kota Maktila, 130 km dari Mersa Matruh, tempat markas pasukan Inggris. Pasukan Inggris dan Persemakmurannya yang dipimpin oleh Archibald Wavell menyerang balik dengan diluncurkannya Operasi Compass pada 9 Desember 1940 yang mengakibatkan direbutnya kota pelabuhan Tobruk, mundurnya pasukan Italia ke El Agheila, dan menyerahnya 130 ribu prajurit Italia.
Mussolini pun meminta Hitler untuk menolongnya di Afrika Utara dan Hitler mengirimkan Afrika Korps yang dipimpin Erwin Rommel yang bertujuan untuk mendukung pasukan Italia dan menahan serangan Sekutu. Pada saat bantuan Jerman sampai ke Afrika Utara, sebaliknya pasukan Inggris dilemahkan oleh pengiriman pasukan ekspedisi Inggris ke Yunani.
Erwin Rommel pun menyerang pada Maret 1941 dan sukses mengepung pasukan Australia di Tobruk dan memaksa pasukan Sekutu balik ke Mesir. Akan tetapi, pasukan Australia di Tobruk tetap bertahan dengan suplai terus menerus yang diantar oleh Royal Navy. Pasukan Sekutu mencoba untuk membebaskan Tobruk dengan meluncurkan Operasi Battleaxe, tetapi gagal. Setelah kegagalan Operasi Battleaxe, Wavell digantikan oleh Claude Auchinleck. Auchinleck pun menyerang Rommel dengan Operasi Crusader pada November 1941 yang berhasil membebaskan Tobruk dan memaksa pasukan Poros ke El Agheila.
Pasukan Poros melakukan serangan balasan dari El Agheila pada 21 Januari 1942 dan berhasil merebut kembali kota-kota besar seperti Benghazi, Tmimi, dan Tobruk lalu maju terus ke Mesir. Walaupun begitu, pertahanan Sekutu di El Alamein berhasil menahan pergerakan Rommel di Pertempuran El Alamein Pertama pada 1 Juli 1942.
Setelah berhasil menahan serangan pasukan Jerman-Italia, Auchinleck digantikan oleh Harold Alexander sebagai Komandan Timur Tengah dan Bernard Montgomery sebagai pemimpin Pasukan Ke-8 Inggris. Setelah Montgomery mengalahkan Rommel ketika Rommel menyerang di Pertempuran Alam Halfa, akhirnya Inggris melakukan serangan balasan pada 23 Oktober 1942 yang disebut Pertempuran El Alamein yang Kedua.
Pertempuran El Alamein ini berujung pada sebuah kekalahan besar bagu pasukan Poros, sehingga Erwin Rommel terpaksa memrintahkan pasukannya untuk mundur sejauh 1500 km, meninggalkan sebagian dari infanterinya serta membiarkan kota-kota seperti Mersa Matruh, Tobruk, Tmimi, Benghazi dan El Agheila direbut Sekutu untuk menyelamatkan pasukannya dari kejaran Montgomery.
Sementara pasukan Poros mengalami kehancuran di El Alamein, pasukan gabungan Amerika Serikat dan Inggris yang dipimpin oleh Dwight Eisenhower mendarat di Moroko dan Aljazair pada November 1942 yang saat itu dikontrol oleh Prancis Vichy yang berada di pihak Poros. Pada awalnya pasukan Perancis memberikan perlawanan yang cukup sengit sampai pemimpin tertinggi Prancis Vichy di wilayah tersebut, Admiral Francois Darlan, memerintahkan semua pasukan Prancis untuk menyerah dan bergabung dengan Sekutu.
Rommel pun akhirnya mundur ke Tunisia, dimana ia dan pasukan Jerman-Italianya dikepung oleh Amerika Serikat, Prancis dan Inggris dari barat dan Inggris dari timur dan selatan. Pasukan Sekutu yang dipimpin Eisenhower berhasil mencapai Tunisia tetapi tidak dapat memasukinya sementara Montgomery berhasil sampai ke bagian selatan Tunisia dan mencoba walau gagal untuk menembus pertahanan Poros di selatan, garis Mareth.
Pada Februari, Eisenhower mencoba lagi untuk memasuki Tunisia tetapi dihancurkan oleh Rommel di Pertempuran Kasserine Pass. Walaupun Rommel berhasil menang melawan pasukan Amerika Serikat, tetapi Montgomery berhasil menembus garis Mareth dan maju ke arah utara. Kesuksesan Montgomery disusul oleh Eisenhower yang melancarkan serangan kembali ke arah Tunisia.
Dihadapkan dengan serangan dua arah, pasukan Poros pun kalah dalam jumlah, kekuatan udara serta laut. Hitler menyuruh Rommel untuk kembali ke Jerman dan sebagian besar pasukan Poros menyerah pada tanggal 13 Mei 1943. Pimpinan Poros di Afrika Utara, von Arnim dan Giovanni Messe ditangkap dan sekitar 275 ribu prajurit Poros ditawan.
Kekalahan ini berujung kepada invasi Sekutu di Sisilia dan Italia, yang mengakibatkan Italia untuk beralih pihak kepada Sekutu. Setelah itu, pasukan Sekutu akan menyerbu dan membebaskan Perancis mulai dari pantai-pantai Normandia dan dari selatan, sehingga mengepung Jerman dari barat dan selatan oleh Amerika, Inggris dan Perancis dan dari timur oleh Uni Soviet, yang akan berujung kepada kekalahan Jerman di Perang Dunia II.
oleh The Battener
Sumber: OA Historypedia LINE
0 comments:
Post a Comment