Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari merupakan peristiwa yang terjadi dalam 23 Januari 1950 pada mana grup milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada pada bawah pimpinan mantan Capt KNIL Raymond Westerling yg juga mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam Tentara Nasional Indonesia yg mereka temui.
Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya sang Westerling & bahkan sudah diketahui sang pimpinan tertinggi militer Belanda.
APRA adalah pemberontakan yang paling awal terjadi sesudah Indonesia diakui kedaulatannya sang Belanda. Hasil Konferensi Meja Bundar yg membuat suatu bentuk negara Federal untuk Indonesia dengan nama RIS (Republik Indonesia Serikat).
Nama Ratu Adil diambil sebagai alat propagandanya. Ia merogoh menurut buku ramalan Jawa Kuna Ramalan Jayabaya yg meramalkan kedatangan seseorang Ratu Adil yg adalah keturunan Turki. Westerling yg tercatat lahir pada Istanbul, Turki, memandang dirinya sebagai oleh Ratu Adil yang diramalkan akan membebaskan warga Indonesia berdasarkan tirani.
Target perebutan kekuasaan Westerling sendiri merupakan mempertahankan negara Pasundan & berusaha menentang Republik Indonesia. Kudeta Westerling menggunakan metode Putcht karena perebutan kekuasaan ini dilakukan sang suatu faksi dalam angkatan perang. Pasukan APRA terdiri menurut pelarian militer KNIL, KL, bahkan mantan pejuang yang kecewa.
Di sisi lain syarat politik dalam negeri Indonesia masih belum stabil lantaran banyaknya pemberontakan-pemberontakan yg bersifat separatis seperti DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia), serta situsi militer Indonesia yg masih compang-camping karena tersita perhatiannya buat menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pimpinan Muso di Madiun.
Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat pada pemerintah RIS yang isinya merupakan suatu ultimatum. Ia menuntut supaya Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan dan Pemerintah RIS harus mengakui APRA menjadi tentara Pasundan. Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm saat 7 hari dan jika ditolak, maka akan muncul perang akbar.
Pada 10 Januari 1950, Hatta menyampaikan bahwa pihak Indonesia sudah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Westerling.
Pada 23 Januari 1950, pasukan-pasukan desersi RST (Pasukan khusus KNIL, Korps Speciale Troepen), mengikuti perintah Westerling melakukan aksi militer ke Kota Bandung. Mereka menembak mati setiap anggota TNI yang ditemukan di jalan. Pertemputran sengit terjadi dan menewaskan 94 orang dari TNI. Sedangkan dari pihak APRA tidak ada korban sama sekali.
Pasukan Westerling menduduki seluruh tempat krusial pada Kota Bandung selama beberapa jam saja hingga akhirnya Mayor Jenderal Engels, Komandan KNIL di Bandung, membujuk agar segera meninggalkan kota itu.
Sementara sejumlah anggota pasukan RST yang dipimpin Sersan Meijer menuju Jakarta untuk menangkap Soekarno dan menduduki loka-tempat krusial. Untungnya, dukungan berdasarkan pasukan KNIL dan Tentara Islam Indonesia (TII) yg diharapkan Westerling tidak ada sebagai akibatnya upaya agresi ke Jakarta gagal.
Sumber OA Historypedia Line
Bourbon
0 comments:
Post a Comment