Napoleon Bonaparte merupakan galat satu pemimpin militer terhebat didunia dan sesudah menjadi kaisar ditahun 1804 wilayah kekuasaannya mencakup sebagian akbar Eropa. Tetapi ditahun 1812 Napoleon menciptakan sebuah kesalahan besar dengan memimpin pasukan besarnya menyebrangi Sungai Niemen & menginvasi tanah Rusia. Sebuah bencana paling mengerikan dalam sejarah Prancis waktu lebih dari 680.000 pasukan terbaiknya yang diberangkatkan menggunakan mudah dihancurkan oleh trend dingin Rusia yg populer kejam.
Setelah sekian usang bertempur, pihak Prancis dan Prussia setuju buat mengadakan gencatan senjata melalui Perjanjian Tilsit yg lepas 7 Juli 1807. Tetapi akibat Perjanjian Tilsit memaksa Rusia harus bergabung menggunakan Sistem Kontinental yg diterapkan Napoleon ke setiap wilayah taklukannya. Sistem ini berdampak negatif pada negara yang bersangkutan lantaran Rusia jadi kesulitan mendapatkan komoditas-komoditas yg selama ini hanya mampu didapat menurut para pedagang Inggris. Bukan hanya itu, tindakan Perancis mendirikan negara boneka Warsawa pada sebelah barat Rusia juga mengundang rasa nir suka menurut Rusia.
Hubungan Perancis & Rusia semakin memburuk setelah Rusia membuka kembali pelabuhannya untuk kapal-kapal berbendera negara netral (termasuk Inggris) & menetapkan pajak tinggi untuk komoditas yang berasal dari Perancis. Kombinasi dari hal-hal tadi lantas berujung pada rusaknya Perjanjian Tilsit dan invasi militer Perancis ke Rusia pada tahun 1812.
Dengan segera Napoleon membangun pasukannya yang berjumlah lebih dari 600.000 orang terdiri dari pasukan Grande Armee, Legiun Jerman, dan tentara Polandia. Tentara yang dibawa Napoleon adalah tentara terbesar di Eropa saat itu. Sementara di pihak Rusia sekitar 200.000 prajurit siap mempertahankan Rusia dari gerak maju tentara Prancis dibawah pimpinan Pangeran Mikhail Kutuzov, Marsekal Peter Bagration dan Marsekal Barclay de Tolly.
Tujuan Napoleon dalam mengalahkan Rusia adalah menekan Inggris untuk berdamai, karena jika Rusia berhasil dikalahkan maka Inggris akan kehilangan sebagian sumber pendapatannya dari hasil daganh dengan Rusia dan memaksa Inggris untuk mengakhiri perang. Selain itu Napoleon berdalih ingin membebaskan Polandia dari bayang-bayang Rusia, oleh karena itu perang ini juga disebut "Perang Pembebasan Polandia".
24 Juni 1812, pasukan Prancis menyebrangi Sungai Niemen dan maju ke wilayah Rusia. Dalam invasi ini tentara Prancis terbagi menjadi tiga grup. Grup Utara yang berjumlah 250.000 prajurit dibawah pimpinan Napoleon, Grup Tengah yang berjumlah 80.000 prajurit dibawah pimpinan Eugene de Beauharnais, dan Grup Selatan yang berjumlah 80.000 prajurit dibawah pimpinan Jerome Bonaparte sementara sisanya berada disisi dan belakang pasukan utama. Jendral Prancis lain seperti Davout, Oudinot, Ney, dan Murat turut serta dalam invasi ini.
Fase awal invasi berjalan mulus, tentara Napoleon terus mendesak mundur tentara Rusia sampai ke Vilnus, sementara itu Jerome ditugaskan untuk menjebak dan mengepung tentara Bagration namun gagal sehingga posisinya digantikan oleh Marsekal Davout. Pertempuran besar pertama antara Prancis dan Rusia terjadi di Smolensk bulan Agustus 1812. Napoleon mengerahkan 175.000 pasukannya untuk merebut kota Smolensk yang dipertahankan oleh 130.000 tentara Rusia dibawah pimpinan Barclay de Tolly, setelah bertempur cukup sengit akhirnya pasukan Rusia berhasil didepak dari Smolensk, namun sebelum meninggalkan kota pasukan Rusia membakar Smolensk agar tidak bisa dimanfaatkan oleh tentara Prancis.
Pasukan Prancis terus mengejar tentara Rusia yang mencoba mundur dan bergabung dengan pasukan yang terpisah untuk menahan gerak maju tentara Prancis. Napoleon pun menggabungkan ketiga grup invasi tadi menjadi satu grup raksasa dibawah pimpinannya. Selama mundurnya pasukan Rusia, mereka juga menggunakan taktik bumi hangus yaitu membakar tempat-tempat vital dan ladang perkebunan agar tidak bisa dimanfaatkan oleh tentara Prancis.
Tentara Prancis semakin mendekati Moskow, dan Rusia enggan kehilangan Moskow tanpa perlawanan. Marsekal Mikhail Kutuzov pun membuat pertahanan di Borodino sekitar 70 mil dibarat Moskow. Akhirnya tanggal 7 September 1812 pecah Pertempuran Borodino yang menjadi pertempuran paling berdarah selama invasi ke Rusia. Pertempuran ini melibatkan 250.000 prajurit dan kedua belah pihak menderita jumlah korban jiwa yang tidak sedikit, Prancis berhasil mengalahkan Rusia namun gagal untuk menghancurkan sisa-sisa prajurit Rusia yang bertahan.
Prancis pun semakin dekat dengan Moskow dan pada 14 September 1812, Napoleon berhasil menduduki Moskow namun Napoleon dibuat terkejut karena mendapati kota yang sudah dikosongkan. Napoleon makin terkejut setelah pada malam harinya, kota tersebut dibakar secara sengaja oleh sekelompok kecil pasukan Rusia yang diperintahkan oleh walikota Feodor Rostopchin supaya pasukan Perancis tidak bisa menggunakan kota tersebut untuk beristirahat & menimbun logistik.
Didudukinya Moskow lantas tidak membuat Rusia menyerah begitu saja, tentara Rusia terus mengadakan perlawanan terhadap pasuka Prancis. Musim dingin pun tiba akhirnya keluarlah perintah Napoleon untuk mundur dari Moskow karena pasukan yang mulai kelelahan dan perlengkapan yang tidak mencukupi untuk bertahan dari musim dingin. Napoleon pun mulai mundur dari Moskow pertengahan Oktober 1812.
Di sepanjang perjalanan, pasukan Perancis yang sudah kelelahan & hanya memiliki sedikit persediaan makanan selain itu Prancis harus berhadapan dengan serangan gerilya yang dilancarkan pasukan Rusia ditambah serangan kejutan dari kavaleri Cossack. Sebagai akibatnya, pasukan Perancis di Rusia yang awalnya berjumlah 680.000 personil jumlahnya menyusut jauh menjadi tinggal puluhan ribu akibat kelaparan, penyakit, & dibunuh atau ditangkap oleh pasukan Rusia.
Setelah mendapati kekalahan seperti di pertempuram Maloyaroslavets dan Krasnyi. Tentara Napoleon pun sampai di sungai Berezina didekat Polandia pada 26 November 1812 Napoleon pun memerintahkan pasukannya untuk menyebrangi sungai agar selamat dari pasukan Rusia yang terus mengejar. Sayangnya jembatan yang harusnya dipakai untuk menyebrang sebelumnya sudah dihancurkan oleh pasukan Rusia. Tentara Prancis pun berinisiatif membangun 2 jembatan darurat sambil terus menghadapi serangan pasukan Rusia.
Esok harinya pun pasukan Napoleon berhasil menyebrangi sungai Berezina lalu 9 hari kemudian Napoleon sampai di Sungai Niemen dan melanjutkan perjalanannya kembali ke Prancis sementara itu pasukan Rusia memerintahkan untuk menghentikan pengejaran pasukan Prancis. Invasi ke Rusia yang sudah dipersiapkan dengan cukup matang berakhir menjadi salah satu bencana militer terbesar dalam sejarah Prancis.
Pasukan Prancis yang semula berjumlah sekitar 680.000 prajurit berkurang drastis menjadi 93.000 prajurit mayoritas jumlah korban dipihak Prancis mati akibat menderita kelaparan, penyakit, mati kedinginan akibat dari musim dingin, sementara itu Rusia kehilangan sekitar 200.000 prajurit. Kegagalan Perancis untuk menciptakan kemenangan atas Rusia sekaligus menjadi titik balik dalam Perang Napoleon karena negara-negara Eropa yang awalnya gentar kini mulai berani untuk kembali memerangi Perancis.
Koalisi baru yang terdiri dari Inggris, Rusia, Prusia, Swedia, Austria dibentuk untuk kembali menyerang Prancis akhirnya ditahun 1813 pasukan koalisi berhasil memenangkan pertempuran Leipzig dan ditahun 1814 ibukota Paris diduduki dan Napoleon diasingkan ke Elba, setahun kemudian Napoleon kabur dari Elba dan membangun kembali kekuatannya untuk menantang koalisi namun Napoleon kembali dikalahkan di Waterloo.
-Wellesley/Wellington
OA LINE Historypedia
0 comments:
Post a Comment