Lukisan"Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh (1857).
? Dia ingin menunjukkan pada mata seluruh dunia bahawa orang Timur pun punya kesanggupan penuh andai kata duduk sebaris dengan orang-orang Barat itu. Maka pakaian kebangsaannya itu digunakan olehnya dalam hari pertunjukan itu maksudnya supaya orang- orang Barat itu mengerti bahawa ?Dia orang Indonesia?. Tidakkah menjadi hairan pada waktu itu ejek, bunyi bisikan semulut demi semulut
dapat dipersaksikan sendiri. Baginya semua itu tidaklah diendahkan. Malah pandangan orang banyak yang memperhatikan dia seorang itu adalah menjadi kemegahan pada dirinya, sedang orang lain tidak begitu.” Ucap Adi Mas (1954) dalam tulisannyaLukisan Raden Saleh Menipu Barat.
***
Saat kita melihat lukisan tersebut, kita akan disuguhkan pada suasana dramatisme pada Masa De Java Oorlog (Perang Jawa) 1825-1830 M. Di kutip dari pembicaraan Mas Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum dalam sebuah kelas Pengantar Sejarah saat berdiskusi mengenai Perang Jawa, beliau berkata bahwa “ Berjudul Perang Jawa karena merupakan sebuah perang yang terbesar dan melibatkan unsur besar manusia Jawa kurun waktu abad ke 19 tersebut.
Bukan antara orang Jawa & Penguasa Kolonial Hindia Belanda secara khusus yg dalam saat itu berperang, melainkan anatara orang jawa yg kontra & orang jawa simpatisan kolonial yg terlibat pertempuran menggunakan sedikit orang kulit tanpa cacat yang berjumlah lebih kurang 8000 orang terlibat didalam pertempuran lebih kurang 100.000 warga Jawa dalam ketika itu.?
Kita melihat sosok tadi adalah Pangeran Diponegoro bisa juga diklaim Herucokro, seseorang pangeran Kesultanan Yogyakarta yg dalam Perang Jawa berperan sebagai Tokoh Utama beserta Kyai Mojo & Ali Sentot Baharsyah Prawirodirdjo yg nir putusan bulat atas campur tangan yang terlalu jauh oleh kolonial Hindia Belanda terhadap kehidupan kenegaraan Istana Kesultanan Yogyakarta, yg dalam waktu ikut menentukan penerus kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.
Selain itu atas konduite kolonial yg membangun jalan raya melintasi makan leluhur Diponegoro. Hingga akhirnya meletusnya Perang Jawa yg melibatkan sebagian akbar warga jawa yang menganggap apabila istana saja sudah dapat dikendalikan begitu dalam sang kolonial, bagaimana dengan warga yang nir memiliki kekuatan.
Adalah kemudian Raden Saleh Sjarief Boestaman, pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang mempionirkan seni modern Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan kumpulan Romantisisme yg sedang terkenal pada Eropa waktu itu menggunakan elemen-elemen yg memperlihatkan latar belakang Jawa oleh pelukis.
Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, Penangkapan Pangeran Diponegoro, pada gamabar diatas yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada 1830. Sang Pangeran terbujuk untuk datang ke Magelang untuk membicarakan gencatan senjata, namun pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.
"Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman (1835). Foto: Rijksmuseum Amsterdam |
Peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda, Nicolaas Pieneman yang dikomisikan oleh Jenderal de Kock. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman tentang Diponegoro. Saleh memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri.
Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro menggunakan paras indolen & pasrah, Saleh mendeskripsikan Diponegoro menggunakan raut tegas & menunda amarah. Pieneman memberi judul lukisannya "Penyerahan Diri Diponegoro," sedangkan Saleh memberi judul "Penangkapan Diponegoro." Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan ketua yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan
Perubahan-perubahan ini dipandang menjadi rasa nasionalisme dalam diri Saleh akan tanah kelahirannya pada Jawa. Hal ini pula dapat terlihat dalam busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri nir pernah ke Hindia Belanda, & karenanya dia mendeskripsikan pengikut Diponegoro misalnya orang Arab.
edit/historia.co.id |
Hal yang lebih menarik adalah bahwa kita memahami bahwa Raden Saleh merupakan orang pribumi yang mendapat perlakuan istimewa menjadi pribumi, beliau berteman dengan orang belanda & pernah sebagai pelukis Istana Kerajaa Belanda.
Namun kita menemukan warta yang mengungkapkan rasa nasionalisme Raden Salah sebagai orang Jawa tadi, apabila kita lihat ke dalam lukisan tadi, terlihat sosok Raden Saleh pada wajah para sosok pengikut Diponegoro dalam lukisan tersebut. Beliau seperti memposisikan dirinya sebagai pengikut & berada dipihak Pangeran Diponegoro, sebuah makna yang terlihat sebagai sosok perlawanan.
Setelah terselesaikan dilukis dalam 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya pada Raja Willem III di Den Haag. Penangkapan Pangeran Diponegoro baru pulang ke Indonesia dalam 1978. Kepulangan lukisan tadi merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda dalam 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, & dipindah tangan ke Belanda dalam masa lampau.
Tetapi menurut itu, lukisan Penangkapan tidak termasuk ketiga kategori tadi, lantaran sejak awal Saleh memberikannya pada Raja Belanda dan nir pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tadi akhirnya diberikan sebagai hibah dari Istana Kerajaan Belanda & kini dipajang pada Istana Negara,Jakarta.
Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807-1880)
Sumber Kepustakaan :
Mas Adi .1954. Tajuk : Lukisan Raden Saleh Menipu Barat. Terbit : 22 Juni 1954
National Geography. 2013.“Menelanjangi” Lukisan Karya Raden Saleh.
Bisnis.com. 2016. Ada Kode-kode Menarik di Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro
0 comments:
Post a Comment