Tidak poly yang mengenal namanya, tapi yang niscaya dia tokoh penting pada usaha bangsa Indonesia. Buktinya, ia menjadi salah satu anggota Dokuritsu Zyunbi Choosakai [Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI] yg bertugas menyusun konsep UUD. Ia pula diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat [KNIP] yang berfungsi misalnya parlemen. Ia pula sebagai anggota dewan Konstituante selepas pemilu pertama 1955. Tujuh tahun sebelumnya, ketika republik bergolak dampak agresi militer Belanda yg sewenang
wenang, ulama ini beserta warga dan tentara mundur ke pedalaman menyusun strategi melawan Belanda. Ia jua gigih menentang keras berdirinya negara Pasundan, negara boneka protesis Belanda.
Abdul Halim merupakan ulama akbar dan tokoh pembaharuan di bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Nama aslinya merupakan Otong Syatori atau terdapat yang menyebut Mohammad Sjatari. Ia anak terakhir menurut tujuh bersaudara, anak pasangan KH. Muhammad Iskandar dan Hajjah Siti Mutmainah. Ayahnya merupakan seseorang penghulu Kewedanan Jatiwangi Majalengka. Ia menerima pendidikan kepercayaan semenjak kecil. Pada usia 10 tahun ia telah belajar membaca al Qur?An, lalu sebagai santri pada beberapa orang kiai pada pelbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sampai mencapai usia 22 tahun. Di sela-sela nyantri, beliau berdagang batik, minyak wangi, hingga kitab -kitab pelajaran agama.
Pada usia 22 tahun, Syatori berangkat ke Mekah menunaikan ibadah haji & mendalami ilmu kepercayaan . Ia bermukim di sana selama tiga tahun. Mendalami pengetahuan kepercayaan di sana berdasarkan ulama ulama Mekkah. Di sana pula beliau bertemu menggunakan KH. Mas Mansyur [tokoh Muhammadiyah] dan KH. Abdul Wahab Hasbullah [tokoh Nahdatul Ulama]. Pada 1911, ia balik ke Hindia. Ia kemudian berganti nama menjadi Abdul Halim dan menolak buat menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.
Abdul Halim segera mewujudkan cita-citanya, melakukan perbaikan rakyat melalui jalur pendidikan dan penataan ekonomi. Dalam merealisasi cita-citanya, ia mendirikan Majlis Ilmu [1911], sebuah tempat pendidikan agama. Saat itu, ia telah menjadi pimpinan Serikat Islam cabang Majalengka dan pada tahun 1912 ia mendirikan suatu perkumpulan Hayatul Qulub. Ia mengembangkan ide pembaruan pendidikan, juga aktif dalam bidang sosial ekonomi dan kemasyarakatan. Anggota perkumpulan ini terdiri atas para tokoh masyarakat, santri, pedagang, dan petani. Langkah-langkah perbaikannya meliputi delapan bidang perbaikan yang disebutnya dengan Islah as-Samaniyah. Melihat perkembangan kegiatan Abdul Halim, pemerintah kolonial mulai menaruh curiga. Secara diam diam pemerintah mengutus PID, polisi rahasia, untuk mengawasi pergerakan Abdul Halim. Benar saja, pada 1915, Hayatul Qulub dibubarkan pemerintah kolonial.
Berikutnya, dalam 16 Mei 1916 Abdul Halim mendirikan Jam?Iyah I?Anah al-Muta?Alimin, sebuah forum pengembang pendidikan. Akan namun, setahun berselang, lagi-lagi pemerintah kolonial membubarkannya. Abdul Halim nir menyerah, dia mendirikan Persyarikatan Ulama yg akhirnya diakui pemerintahan kolonial pada 21 Desember 1917. Organisasi ini berkembang sampai dalam 1924 telah dibuka cabang pada semua Jawa & Madura.
Di samping kegiatan sosial, dia pula bergiat pada dagang. Ia membuatkan pertanian, membuka bisnis tenun sampai mendirikan percetakan. Ia kemudian mendirikan sekolah bernama Santi Asromo dalam April 1942 pada Majalengka. Di tahun itu jua beliau membarui Persyarikatan Ulama sebagai Perikatan Umat Islam. Pada 1943, ia sebagai keliru seorang pengurus Masyumi [Majlis Syuro Muslimin Indonesia]. Dalam politik fasisme Jepang, ia lalu masuk sebagai keliru satu anggota Badap Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [BPUPKI] dan selepas kemerdekaan, beliau terpilih sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat [KNIP].
Abdul Halim langsung berubah langkah ketika Belanda melancarkan Agresi militer pertama & kedua. Ia ikut bergerilya dengan basis pada lebih kurang kaki Gunung Ciremai. Memimpin langsung anak buahnya mengadang pergerakan militer Belanda pada daerah Keresidenan Cirebon. Militer Belanda kemudian menyerang Pasirayu, loka tinggal Abdul Halim & sekolah Santi Asromonya. Ia segera ditangkap oleh Belanda dan diinterograsi Nefs, meski kemudian dibebaskan. Ia tidak jera dan justru kemudian sebagai penyuplai logistik gerilyawan republik. Saat Negara Pasundan didirikan oleh Muhammad Musa Suria Kartalegawa pada18 November 1946 di Bandung, beliau segera membangun Gerakan Muslimin Indonesia [GMI] di Bandung yg memelopori gerakan menentang negara Pasundan, bahkan Abdul Halim menjadi ketuanya. Berbarengan menggunakan itu, saat Kartosuwiryo mendirikan Negara Islam yg berpusat pada Tasikmalaya, Abdul Halim pula menentang gerakan ini dan menganjurkan warga mendukung Republik Indonesia.
Selepas Indonesia kembali kebentuk kedaulatan, pemerintah kemudian menyelenggarakan pemilu pertama pada 1955. Abdul Halim kemudian terpilih sebagai anggota Konstituante mewakili Masyumi. Ia beranjak sampai lembaga ni bubar melalui dekrit presiden 5 Juli 1959. Sebulan sebelum penangkapan Kartosuwiryo yang ditentangnya di gunung Rakutak, Abdul Halim mati dunia dalam usia 75 tahun. Atas jasa-jasanya pada usaha bangsa dan pendidikan bangsa, pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan nasional dalam 2008, bertepatan dengan perayaan hari pahlawan.
Bourbon
0 comments:
Post a Comment