Perjuangannya begitu besar . Ia mendirikan laboratorium buat merakit bom. Ia diberi pangkat mayor. Sebagai gerilyawan, dia bertugas meledakkan jembatan jalan raya dan kereta api. Tindakan sabotase buat merusak tentara Belanda. Ia jua menyusun kitab mengenai pembuatan bahan peledak. Sekali saat, di akhir tahun 1948, ia nyaris gugur ketika 70 butir ranjau darat pada gudang persenjataan meledak.
Herman Johannes atau yg seringkali diklaim dengan panggilan Pak Jo adalah pejuang yang merangkap seseorang ilmuwan Indonesia. Ia anak keempat pasangan Daniel Abia Johannes menggunakan istrinya, Aranci Dirk. Herman Johannes muda harus meninggalkan desa & Sekolah Melayu yang hanya diikutinya selama setahun, agar bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yg lebih tinggi yaitu Europesche Lagere School [ELS] di Kupang. Selepas itu, ia lalu berangkat ke Makassar untuk melanjutkan pendidikannya di MULO [Meer Uitgebreid Lager Onderwijs] & lalu
meneruskan ke AMS [Algemeene Middelbare School] di Batavia. Berkat nilainya yang tinggi pada AMS, ia diberi beasiswa buat melanjutkan studinya di Technische Hooge School [THS] Bandung pada 1934 dan baru bisa diselesaikannya pada 1946
Semasa kuliah inilah, dia mulai mengasah kemampuannya pada menulis karangan ilmiah. Tulisan-tulisannya selalu menerima perhatian akbar dan kebanggaan berdasarkan pimpinan fakultas & kalangan akademisi sampai akhirnya lolos seleksi buat dimuat dalam majalah De Ingenieur in Nederlandsch Indie dan akhirnya mendapat penghargaan berdasarkan Koningklijk Instituut van Ingenieurs pada Belanda.
Herman Johanes jua aktif berorganisasi. Ia merupakan salah seorang pendiri perkumpulan Timorsche Jongeren yg kemudian berubah jadi Perkumpulan Kebangsaan Timor [PKT]. Ini merupakan awal keterlibatan Herman pada bidang politik yg mengantarnya menjadi salah seorang pendiri Partai Indonesia Raya [Parindra] & menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat [KNIP].
Karena pengetahuannya yang tinggi pada bidang ilmu fsika dan kimia, Herman sering dimintai bantuan sang para pemuda pejuang buat merakit senjata barah & menciptakan detonator serta alat peledak. Kepiawaianya pada persenjataan akhirnya menarik perhatian Markas Tertinggi Tentara pada Yogyakarta, yg kemudian memerintahkannya untuk segera tiba ke Yogya guna membuka dan sekaligus memimpin sebuah laboratorium persenjataan
Jasanya begitu besar dalam memblokade mobilitas pasukan Belanda selama clash I dan II. Pada Desember 1948, ia memasang bom pada jembatan kereta api Sungai Progo. Lantaran ia menguasai teori jembatan ketika bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan itu. Awal tahun 1949, dia bergabung dengan pasukan Akademi Militer di sektor Sub-Wehrkreise 104 Yogyakarta pada Kalasan buat meledakkan Jembatan Bogem yang membentang pada atas Sungai Opak. Jembatan akhirnya musnah dan satu persatu jembatan antara Yogya-Solo & Yogya-Kaliurang berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan kegiatan pasukan Belanda karena mereka wajib memutar jauh mengelilingi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu melewati Magelang & Salatiga buat bisa masuk Yogyakarta.
Pada tahun 1950 sesudah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, beliau menjabat Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada kabinet Mohammad Natsir. Selepas itu dia mengabdi dibidang pendidikan. Ia mendidik pada bidang teknik sampai sebagai rektor UGM dalam periode 1961 sampai 1966. Herman Johannes mangkat dunia dalam usia 80 tahun pada 1992 karena kanker prostat. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional pada 2009.
Bourbon
0 comments:
Post a Comment