?Saat pertama kali berjumpa dengannya di tahun 1948, pada ketika itu dia Menteri Penerangan RI. Saya menjumpai sosok orang berpakaian paling camping di antara seluruh pejabat pada Yogyakarta; itulah satu-satunya sandang yang dimilikinya. Beberapa minggu lalu staf yang bekerja di kantornya berpatungan membelikan sehelai baju yang lebih pantas. Mereka mengatakan pada aku , bahwa pemimpin mereka itu akan kelihatan seperti ?Menteri betulan??? George McT Kahin, Guru Besar Cornell University.
Mohammad Natsir memang dikenal menjadi pribadi sederhana & bersahaja meski sudah di puncak karier. Selain kasus ?Pakaian camping?, beberapa pilihan tindakannya waktu menjadi pejabat kadang memang menciptakan orang terpingkal heran. Misalnya; waktu awal sebagai Perdana Menteri, Natsir permanen tinggal pada sebuah gang (hingga Idit Djunaedi menghadiahkan sebuah rumah layak), Natsir pula menolak bantuan gratis kendaraan beroda empat Chevy Impala dari cukong, lalu tatkala mengundurkan diri menurut Perdana Menteri, beliau pergi berdasarkan istana menggunakan membonceng supirnya naik sepeda
Mohammad Natsir lahir pada Solok, Sumatra Barat, pada 17 Juli 1908, dengan nama Datuk Sinaro Panjang. Pada masa kecilnya, ia belajar kepercayaan Islam menggunakan ulama-ulama Solok. Natsir mengenyam pendidikan umum, mula-mula di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Algemeene Middelbare School (MULO), lalu ke Bandung guna melanjutkan Algemeene Middelbare School (AMS). Ketika di Kota Kembang ini Natsir berinteraksi menggunakan aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem dan Sutan Syahrir. Ia pula tetap memperdalam ilmu agamanya menggunakan berguru pada Ahmad Hassan dalam 1932. Basic keilmuwan plus agama, digunakan Natsir dalam perjuangannya pada kemudian hari.
Pengalaman organisasi M. Natsir antara lain; pengalaman perdana menteri ke 5 republik Indonesia ini antara lain; Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), Presiden Liga Muslim se Dunia (World Moslem Congress), ketua Dewan Masjid se Dunia, dan anggota Dewan Eksekutif Rabithah Alam Islamy yg berpusat di Mekkah.
Rampung menjadi perdana menteri, M. Natsir berjuang melalui partai. Pada pemilihan generik 1955, Partai Islam Masyumi yg dipimpinnya mendapat bunyi ke 2 terbanyak sesudah PNI & memperoleh kursi yang sama menggunakan PNI. Pada sidang-sidang konstituante antara 1956-1957 menggunakan gigih dia mempertahankan pendiriannya buat membuahkan Islam menjadi dasar negara. Usaha Natsir kandas lantaran lalu Soekarno membubarkan parlemen serta konstituante output pemilu
Imbasnya peristiwa tadi kemudian ada pergolakan politik dampak perebutan hegemoni Islam & non Islam. Hal ini berujung menggunakan munculnya aktivitas kedaerahan yang berpuncak dalam pemberontakan daerah dan PRRI dalam tahun 1958. Natsir turut terlibat pada gerakan tadi bersama Syafruddin Prawiranegara & Burhanuddin Harahap.
Ketika PRRI berakhir dengan pemberian amnesti, Natsir bersama tokoh lainnya kembali, namun kemudian ia dikarantina di Batu, Jawa Timur (1960-62), kemudian di Rumah Tahanan Militer Jakarta sampai dibebaskan oleh pemerintahan Suharto tahun 1966. Ia dibebaskan tanpa pengadilan dan satu tuduhan pun kepadanya. Paska dibebaskan namanya kembali mencuat meski tidak memiliki jabatan formal di pemerintahan. Natsir pernah ikut membantu pemulihan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Melalui hubungan baiknya, Natsir menulis surat pribadi kepada Perdana Menteri Malaysia Tungku Abdul Rahman guna mengakhiri konfrontasi Indonesia-Malaysia yang kemudian segera terwujud. Ia juga aktif dalam kegiatan dakwah melalui Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang didirikannya pada 1967.
Kebebasannya hilang kembali pada tahun 1980, lantaran dia ikut terlibat dalam kelompok petisi 50 yang mengkritik pemerintahan Suharto. Semua kegiatannya kemudian dicekal termasuk perjalanan ke luar negeri sampai meninggalnya pada tanggal 6 Februari 1993. Jenazahnya dikuburkan di TPU Karet, Tanah Abang.
Bourbon
0 comments:
Post a Comment