Suatu kali, Sebuah kapal eskader Angkatan Laut Belanda berlabuh di Manado pada 1921. Ukurannya besar dan canggih. John Lie, yang masih berusia sekitar 10 tahun, berenang menuju kapal. Ia berhasil. Di dekat kapal, ia berkata kepada teman-temannya, “nanti saya mau jadi kapten, suatu waktu akan pimpin kapal begini”. Sekian tahun setelahnya, ia memang memimpin kapal perang RI Rajawali. Di masa sebelum itu, ia bahkan menjadi patriot legendaris dengan kapalnya Te Outlaw menebus blokade laut Belanda. BBC menyebut, “Te Black Speed Boat” dan pers asing menjulukinya, “The Great Smuggler…”
John Lie Tjeng Tjoan adalah anak ke 2 berdasarkan delapan bersaudara pasangan Lie Kae Tae dan Oei Tseng Nie. Lie Kae Tae merupakan pemilik perusahaan pengangkutan Vetol (Veem en transportonderneming Lie Kae Tae) yang terkenal sebelum Perang Dunia II & tutup sepeninggal Lie Kae Tae dalam 1957. Sedari mini kecintaannya dalam global maritim begitu bertenaga. Awalnya, beliau mendapat pendidikan di Hollands Chinese School [HCS], kemudian Christelijke Lagere School. Hasrat John Lie buat jadi pelaut begitu bertenaga & ketika menginjak usia 17 tahun beliau meninggalkan Manado menuju Batavia. Di sana dia kursus navigasi kemudian jadi Klerk Muallim III pada KPM [Koninklijk Paketvaart Mattschappij], perusahaan pelayaran Belanda. Setelah beberapa kali pindah kapal, dia bertugas pada MV Tosari yg dalam Februari 1942 membawanya ke Pangkalan AL Inggris Koramshar Iran. Saat itu Perang Dunia II sedang berlangsung. MV Tosari dijadikan kapal logistik pendukung armada Sekutu. Awak MV Tosari, termasuk John Lie, diberi pembinaan militer.
Pada Februari 1946, kapal MV Ophir membawa John Lie singgah di Singapura selama 10 hari. Di sini, Lie belajar menyapu ranjau & taktik pertempuran bahari. Setelahnya, dia tiba ke Jakarta & terlibat dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya bergabung menggunakan angkatan bahari RI. Atas permintaannya, dia ditempatkan di Pelabuhan Cilacap. Selama beberapa bulan dia menorehkan prestasi dengan berhasil membersihkan seluruh ranjau yg ditanam Jepang. Atas jasanya ini, pangkatnya dinaikkan sebagai Mayor.
Dimulailah misi-misi menembus blokade Belanda untuk melakukan penyelundupan. Lie menggunakan kapal boat kecil yang dinamainya the outlaw. Ia secara rutin melakukan operasi menembus blokade Belanda, membawa barang-barang keperluan untuk perjuangan melawan Belanda, termasuk menyelundupkan senjata. Perjuangannya tidak ringan, selain menghindari patroli Belanda, ia juga harus menghadapi gelombang samudera yang ganas. Berkali kali dia juga berhasil mengelabui Belanda. Berulang kali John selamat dari kejaran kapal-kapal musuh.
Pada awal 1950 saat berada pada Bangkok, Lie dipanggil pergi ke Surabaya sang KSAL Subiyakto & ditugaskan menjadi komandan kapal perang Rajawali & jua Gajah Mada Pada masa berikut dia aktif pada penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) pada Maluku. Lie lalu mengganti namanya sebagai Jahja Daniel Dharma pada 30 Agustus 1966 & mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 menggunakan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Jahja Daniel Dharma mangkat global karena stroke pada usia 77 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas segala jasa & pengabdiannya kepada republik Indonesia, pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional dalam 2009.
Bourbon
0 comments:
Post a Comment