Ia memang seseorang diplomat sejati. Pada Februari 1927, dia sebagai galat satu wakil Indonesia buat menghadiri persidangan antar bangsa ?Liga Menentang Imperialisme & Penindasan Penjajah? Pertama pada Brussels & dilanjutkan pada Jerman. Ia jua yang menjembatani golongan tua menggunakan golongan belia dalam kisruh insiden Rengasdengklok, sampai semua setuju proklamasi di kumandangkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945.
Sang diplomat ini bernama lengkap Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Nama Achmad Soebardjo merupakan nama pemberian ibunya selesainya sebelumnya dia mempunyai nama Teuku Muhammad Yusuf, pemberian ayahnya yang masih mempunyai keturunan bangsawan Aceh berdasarkan Pidie, nama belakang Djojoadisoerjo beliau tambahkan sendiri ketika dewasa. Semasa remaja beliau sekolah pada Hogere Burger School [HBS] Batavia tahun 1917. Ia lalu melanjutkan pendidikannya pada Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten [Sarjana Hukum] pada 1933. Saat di Belanda itulah beliau aktif dalam Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia, formasi pelajar Hindia [Indonesia] di Belanda.
Sekembalinya pada Hindia Belanda [Indonesia], Achmad Soebardjo yang pernah aktif pada organisasi Jong Java melanjutkan perjuangannya menggunakan sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [BPUPKI] dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia [PPKI]
Ia juga ikut dan dalam penyusunan naskah proklamasi di rumah petinggi Jepang, Laksaman Maeda. Kariernya terus naik ketika dilantik menjadi Menteri Luar Negeri tanggal 17 Agustus 1945. Ia menjadi menteri luar negeri pertama Indonesia. Kemudian beliau menjabat Menteri Luar Negeri sekali lagi pada periode 1951 - 1952. Setelahnya, ia menjadi Duta Besar Republik Indonesia pada Switzerland dari tahun 1957 hingga 1961.
Tidak hanya dalam bidang politik, dalam bidang pendidikan Achmad Subardjo pula memiliki peran penting. Ia adalah profesor pada bidang Sejarah Perlembagaan & Diplomasi Republik Indonesia pada Fakultas Kesusasteraan, Universitas Indonesia.
Selepas tidak lagi aktif pada politik, di usia yg telah senja, Achmad Subardjo meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina Jakarta dampak komplikasi. Ia lalu dimakamkan pada Cipayung, Bogor. 31 tahun kemudian, Pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional dalam Achmad Subardjo.
Bourbon
0 comments:
Post a Comment