Ceramahi aku , si orang tidak memahami apa-apa
Namun dari ketidaktahuan inilah berangkat niat mencari jalan, membuka tabir
Mungkn aku alpa, yah namanya pula manusia
Marilah saja kita mulai ceritanya
Konon, iringan ini dimulai menggunakan nada reformasi
Ketika nyanyian menyingkap bunyi tidak sinkron berdasarkan atas
Yang belia,yang tua sama saja
Menggebuk tembok-tembok, mengindikasikan kebebasan, mencari hari yang demokratis ucapnya
Di era sibernetika kini , seluruh mengalir deras
Kabar-fakta baru muncrat dan membasahi hidung mereka yang duduk di belakang meja
Secepa kilat, segesit angin meresap pada kuping dan mata jalan
Kita pun tidak sadar, alangkah jemari ini begitu gemulai
Ilustrasi Persatuan (foto; belajar PPKN) |
Belum lama kita rayakan sumpah pemuda
Pun belum lama kita nyalakan rinai lilin penerang jalan persatuan : Baru seminggu!
Akankah kobaran yg konon kita banggakan
kita, jaga dan agungkan pada setiap upacara lantas kita padamkan begitu saja?
Coba pikirkan balik
Kita butuhkan sabda baru, bukan serapah dari pembantu itu!
Begitulah koar-koar para demonstran pada demo kali ini
Ganti pembantu-pembantu kita menggunakan yang seragam, copot yg kini
Beliau telah ingkar lagi lalai menginjak rumput hijau kita yang suci !
Massa meluber ke jalanan, merembesi tiap jengkal beton Jakarta
Lautan manusia berarakan hari ini menggunakan seragam serupa
Berteriak menuntut adanya pembantu baru, karena yang lama sudah tidak pantas
Sudah usang & layak dibuang
Kami inginkan pembantu baru, yang sama persis dengan kami
Bukannya pembantu dari planet lain, wangsa antah berantah
Kami golongan terhormat, paling beradab
Masak kami gunakan pembantu dari dari usul tidak jelas, kasar lagi kata pungkasnya
Hari semakin gelap, tetapi barah semakin kentara
Bukan api persatuan, malahan barah kerusakan
Aku pun berharap, tidak ada yang terbakar, tak terdapat yang cari senang dalam kobarannya
Biarkan saat mengakibatkan pemadam yang terbaik, memberitahuakn abu buat kita bereskan!
0 comments:
Post a Comment