Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal sebagai Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara, tanggal 5 Nopember 1890. Setelah menamatkan Hoofden School (Sekolah Raja) di Tondano, ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Teknik di Jakarta. Pada tahun 1915 ia berhasil memperoleh ijazah guru ilmu pasti untuk Sekolah Menengah di negeri Belanda. Empat tahun kemudian, ia meraih gelar doktor Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Swiss. Sam Ratulangi sudah menonjol saat belajar di Eropa, saat di negeri Belanda ia menjadi ketua Indische Vereniging kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi pelajarpelajar Indonesia di negeri Belanda, sedangkan waktu di Swiss, ia menjadi ketua organisasi pelajar-pelajar Asia.
Berikut karier Sam Ratulangi sekembalinya dari Eropa. Pertamatama ia mengajar ilmu pasti di AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) Yogyakarta. Ketika bertugas di Bandung, ia mendirikan Maskapai Asuransi Indonesia. Dari tahun 1924 sampai 1927, ia menjadi Sekretaris Dewan Minahasa di Manado, jabatan tersebut dipergunakannya untuk melakukan usaha yang bermanfaat bagi rakyat, seperti pembukaan daerah baru untuk pertanian, mendirikan yayasan dana belajar, dan lain-lain. Berkat perjuangannya pula, Pemerintah Belanda menghapuskan kerja paksa di Minahasa.
Pada tahun 1927 Ratulangi diangkat menjadi anggota Volksraad. Ia mengajukan tuntutan supaya Pemerintah Belanda menghapuskan segala perbedaan dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan antara orang-orang Belanda dan pribumi. Kegiatan lain adalah turut mendirikan Vereniging Indonesische Academici (Persatuan Kaum Sarjana Indonesia) dan ikut andil dalam penerbitan majalah mingguan Peninjauan. Dari tahun 1938 sampai 1942, ia menjadi redaksi mingguan politik Nationale Commentaren.
Pada masa pendudukan Jepang Ratulangi diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Sesudah NKRI terbentuk, ia diangkat menjadi Gubernur Sulawesi. Namun, saat itu Sulawesi sudah diduduki oleh NICA - Belanda. Ia ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Serui, Irian Jaya. Dalam pembuangan ini ia bertemu dengan pejuang muda bernama Silas Papare. Sesudah dibebaskan, Sam Ratulangi kembali ke Jawa. Dalam Agresi Militer II Belanda, ia ditangkap kembali dan meninggal dalam status tawanan pada 30 Juni 1949 di Jakarta. Sempat dimakamkan di Ibu kota, jasadnya kemudian dipindahkan ke Tondano, tanah kelahirannya. Sam Ratulangi dijadikan Pahlawan Nasional pada tanggal 9
Nopember 1961.
0 comments:
Post a Comment