Saat itu, Surakarta memang sedang resah dampak poly Begal dan Kecu, kaum penjahat yg merugikan warga . Di Laweyan, loka para saudagar batik pribumi bermukim tidak lepas berdasarkan rasa takut pada aktivitas kaum penjahat. Sekali ketika, Samanhudi mengumpulkan karibnya sesama pedagang pribumi dan mengusulkan kelompok ronda malam, Rekso Roemekso. Bertujuan menciptakan keamanan menurut pencurian dan saling memberi pertolongan sesama pedagang batik Laweyan. Di titik awal itu juga para saudagar mencicipi diskriminasi dalam berdagang, lalu grup ronda itu perlahan diubah Samanhudi menjadi Serikat Dagang Islam [SDI] yg bertujuan melindungi pedagang batik pribumi. Pada11 November 1911, Serikat ini sudah resmi sebagai organisasi & Samanhudi sebagai kepala pertamanya. Lalu siapa sangka bahwa Serikat ini berkembang luar biasa, berubah nama menjadi Serikat Islam [SI], & menjadi organisasi masa pertama yg memainkan peran teramat penting pada pergerakan nasional. Lalu, waktu balik menyampaikan awal berdirinya SI, orang niscaya akan menyebut nama Samanhudi.
Samanhudi sering dikenal pula dengan nama Wiryowikoro. Akan namun, dia mempunyai nama kecil Sudarno Nadi, pemberian ke 2 orang tuanya semenjak lahir. Pendidikan formal yg ditempuhnya hanya SD, itu pun tidak hingga tamat. Sesudahnya, beliau belajar kepercayaan di Surabaya sambil berdagang batik. Setelah terjun pada dunia perdagangan, Samanhudi merasa jiwa dagang semakin inheren pada dirinya. Wawasan dalam global dagang pun semakin luas, dan dia mulai melihat ada perlakuan tidak selaras terhadap pedagang pribumi yang beragama Islam. Sekitar tahun 1911 masih ada persaingan yg tidak sehat antara pedagang-pedagang di Hindia Belanda. Pedagang-pedagang pribumi poly menerima tekanan menurut Pemerintah Belanda. Oleh karenanya, perdagangan bangsa Indonesia nir dapat berkembang. Melihat keadaan ini, Samanhudi membarui kelompok rondanya pada Laweyan sebagai Sarekat Dagang Islam [SDI]. Organisasi itu bertujuan membela kepentingan pedagang-pedagang pribumi. Tirtoadisurjo membantu organisasi ini menjadi sah dalam 11 November 1911.
Munculnya SDI menerima sambutan yg luas. Dalam ketika singkat cabang-cabang SDI berdiri di luar kota Solo. Sesudah itu, SDI ditingkatkan sebagai partai politik. Pada 10 September 1912, nama SDI diubah sebagai Serikat Islam (SI). Haji Samanhudi tetap duduk menjadi kepala kehormatan sampai tahun 1914. Sesudah itu, SI dipimpin sang Haji Oemar Said Tjokroaminoto, & tumbuh sebagai partai massa. Sejak tahun 1920 Haji Samanhudi nir aktif lagi pada pergerakan. Kesehatannya seringkali terganggu, tetapi perhatian terhadap konvoi nasional tidak padam. Lama namanya tidak terdengar.
Di kala kemerdekaan telah di depan mata dan tentara Belanda mengganggu republik Indonesia, ia pulang berkecimpung. Samanhudi mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia di Surakarta & Gerakan Persatuan Pancasila. Saat Belanda melancarkan Agresi militer kedua, Samanhudi menciptakan laskar yg diberi nama Gerakan Kesatuan Alap-alap. Laskar itu ditugasi menyediakan perlengkapan terutama bahan kuliner buat kesatuan-kesatuan tentara yang sedang bertempur pada garis depan. Banyak jasa yang diberikan selama berlangsungnya Agresi Militer II Belanda meski ia sudah tua.
Samanhudi mati dalam usia 88 tahun di Klaten & tubuhnya dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Atas jasanya yg begitu akbar pada konvoi nasional maka pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional dalam tahun 1961.
0 comments:
Post a Comment