Jika dalam cerita pewayangan Mahabharata terdapat Srikandi, pada kisah sejarah perjuangan bangsa Indonesia terdapat Martha Cristina Tiahahu. Mereka sama-sama prajurit wanita, sama-sama muda, & sama-sama berani.
Seorang gadis bernama Martha Christina Tiahahu terlahir lahir di Nusa Laut, Maluku, pada 4 Januari 1800. Di usia 17 tahun, dia mengikuti ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu pada perang Pattimura tahun 1817 melawan kolonial Belanda. Bukan Cuma turut mengangkat senjata, Martha pun memberi-sebagai motivator spirit usaha pada kaum perempuan di bumi Maluku agar ikut membantu kaum laki-laki pada setiap medan pertempuran
Christina bergabung menggunakan rakyat Saparua tatkala Thomas Matulessy mengkomando pasukannya merebut benteng Duurstede pada 16 Mei 1817. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu, termasuk Residen van den? Berg meninggal. Selama tiga bulan benteng tadi dikuasai pejuang. Perlawanan masyarakat Maluku mulai surut saat Kapitan Patimura bersama pemimpin lain, termasuk ayah Christina tertangkap & dijatuhi sanksi meninggal pada benteng Niuew Victoria pada 16 Desember 1817. Namun, semangat Christina tetap membara, beliau bersama pejuang lain permanen gigih melakukan perlawanan secara gerilya.
Christina pun akhirnya tertangkap, bersama pejuang Maluku lain, mereka rencananya akan diangkut ke Jawa buat dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi. Tetapi, pemudi Christina membandel, di pada kapal ketika perjalanan ia melakukan aksi mogok makan & mogok pengobatan sampai jatuh sakit. Martha Christina tewas pada atas Kapal Perang Eversten milik Belanda pada 2 Januari 1818, jasadnya lalu dibuang pada laut Banda.
Guna mengenang keberaniannya, Pemerintah Republik Indonesiai mengukuhkannya sebagai Pahlawan Nasional pada 20 Mei 1969. Kemudian dalam dua Januari 2008, ia dibangunkan sebuah monument di desa kelahirannya, Nusa Laut. Monumen tadi diresmikan oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu.
Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional Oleh Kuncoro Hadi & Sustianingsih
0 comments:
Post a Comment