Pada masa pendudukan Jepang, Lumbantobing diangkat sebagai dokter pengawas kesehatan Romusa. Dengan perasaan murung menyaksikan bagaimana sengsaranya nasib para Romusa yang dipaksa menciptakan benteng pada Teluk Sibolga. Oleh karenanya, beliau melancarkan protes terhadap pemerintah Jepang. Akibatnya, Tobing dicurigai & masuk dalam daftar orang terpelajar Tapanuli yang akan dibunuh oleh Jepang. Ia terhindar dari bahaya maut karena berhasil menyelamatkan nyawa seorang tentara Jepang yang mengalami kecelakaan. Bagaimanapun dia seorang dokter yg harus menyelamatkan nyawa orang, meski beliau membenci orang itu.
Ferdinand Lumbantobing telah berada di Bogor semenjak sekolah dasar. Pada 1924, dia telah terselesaikan menempuh studi kedokteran diSTOVIA [Sekolah Dokter] Batavia. Selepas itu ia bekerja sebagai dokter pada Batavia, kemudian pindah ke Tenggarong [Kalimantan Timur], kemudian ke Surabaya sampai tahun 1935. Sesudah itu, ia bertugas pada Tapanuli, mula-mula pada Padang Sidempuan, lalu pada Sibolga, tanah kelahirannya.
Pada 1943, dia diangkat menjadi ketua Syu Sangi Kai [Dewan perwakilan Daerah] Tapanuli di samping menjadi anggota Cuo Sangi In. Pada masa awal Revolusi kemerdekaan, dia adalah tokoh penting di Tapanuli. Pada Oktober 1945, dia diangkat jadi Residen Tapanuli. Saat itulah dia menghadapi masa-masa sulit saat daerah Tapanuli dilanda kontradiksi bersenjata, antara sesama pasukan RI yang tiba berdasarkan Sumatera Timur sehabis daerah itu jatuh ke tangan Belanda dalam Agresi Militer I Belanda. Tetapi Tobing berpendirian tegas dan nir gampang menyerah. Di masa Agresi Militer II Belanda, dia diangkat menjadi Gubernur Militer Tapanuli. Ia memimpin perjuangan gerilya pada hutan-hutan, naik gunung turun gunung.
Sesudah pengakuan kedaulatan RI, beliau sebagai Gubernur Sumatera Utara. Selanjutnya, pada Kabinet Ali pertama, ia diangkat sebagai Menteri Penerangan. Jabatan menteri lainnya yg pernah dipegangnya merupakan Menteri Urusan Hubungan Antar Daerah & terakhir Menteri Negara Urusan Transmigrasi. Ia meninggal dunia pada Jakarta dalam usia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan pada Kolang Sibolga. Sebulan setelahnya, pemerintah mengangkatnya sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
0 comments:
Post a Comment