80 tahun sudah lewat semenjak awal mula dari Perang Dunia Kedua, ketika Jerman menginvasi Polandia dalam 1 September 1939, yg membawa Inggris, dan imperiumnya, & Prancis buat berperang melawan Jerman. Atau, demikianlah pandangan umum terhadap perang tadi. Tentunya nir galat, dan memang itulah yang kerap diingat orang umum . Selain itu, kita tentunya juga jangan lupa pada serangan Jepang terhadap Pearl Harbor, dan serbuan lainnya, yg menjadi katalis buat Perang Pasifik, Jepang melawan Sekutu.
(Peta Operasi Ichi-Go, 1944)
Nyatanya, berdasarkan puluhan negara yang bergabung dalam blok Sekutu, satu negara telah berperang selama lebih dari empat tahun ketika Pearl Habor diserang: Republik China, yg diperkirakan menderita hingga 20 juta korban pada perangnya melawan Kekaisaran Jepang
Jepang sudah mulai merongrong kedaulatan Tiongkok semenjak 1800-an, & Jepang pula memiliki hak ekstratorial tertentu pada China sejak 1895, tetapi pada 1931, barulah Jepang mulai secara gamblang memperluas kekuasaanya di China: Manchuria dicaplok Jepang, menambahkan wilayah tadi ke pada lingkup kekuasaan kekaisaran tersebut. Sejak pengambilalihan Manchuria tersebut, perseteruan regional antara China dan Jepang muncul secara sporadis: pertempuran berkobar di Shanghai dalam 1932, perseteruan bersenjata di kurang lebih Tembok Besar China pada 1933, & berbagai insiden lainnya. Akan tetapi, sebuah insiden tembak-menembak di Jembatan Marco Polo dalam 7 Juli 1937 berubah menjadi serius, menggunakan respons yg memperparah keadaan baik dari pihak Jepang & menurut pihak China Nasionalis.
Generalissimo Chiang Kai-shek, yg memimpin China pada ketika itu, telah menduga rongrongan imperialisme Jepang keterlaluan. Sayangnya, perekonomian Tiongkok dalam saat itu masih lemah, sebab baru 10 tahun semenjak Chiang menyatukan China secara nominal, & militer China terpecah-pecah komando dan loyalitasnya, dan kalah jauh pada persenjataan. Tapi dukungan publik Tiongkok sudah kentara sangat anti-Jepang; pihak Nasionalis dan Komunis China mengesampingkan perseteruan berkepanjangan mereka, dan perang perlawanan terhadap Jepang pun berkobar.
(Generalissimo Chiang Kai-shek, berpidato, 1937)
Beijing, Shanghai, dan Nanking jatuh ke tangan Jepang, wilayah pesisir China sebagian besar dikuasai balatentara Nippon. Tapi Tiongkok tak menyerah. Perlawanan di Shanghai berlangsung selama 3 bulan, dan disaksikan dunia internasional. Ketika Nanking jatuh, penduduknya menjadi korban: Pemerkosaan Nanking, atau Rape of Nanking, menyaksikan sedikitnya puluhan ribu sampai sekitar 300 ribu rakyat China menjadi korban pembantaian, pemerkosaan, dan kekejian lainnya. Para wanita dan gadis digilir, tak sedikit diperkosa sampai tewas, dalam luapan hasrat amoral tentara Jepang.Chiang & pemerintahannya mundur ke Chungking, kota akbar pada pinggir Sungai Yangtze pada pedalaman China, yg dibombardir Jepang sejak 1938 sampai 1943 atau 1944. Pemerintahan Nasionalis, alias Kuomintang, menghancurkan tanggul-tanggul Sungai Kuning, yang membanjiri berkilometer-kilometer persegi Tiongkok tengah; merusak mobilitas balatentara Nippon buat sementara, namun seratus ribu lebih penduduk mangkat dan jutaan menjadi pengungsi.
Kemudian, kota dan daerah Xuzhou diperebutkan, dan pada serangkaian pertempuran di sekitar Xuzhou, balatentara Kekaisaran Jepang menderita kekalahan pertamanya sejak Restorasi Meiji: Pertempuran Taierzhuang pada 1938 meruntuhkan reputasi Jepang yg tidak terkalahkan sejauh ini, baik melawan Qing, Kekaisaran Rusia, & di Perang Dunia Pertama. Meski begitu, Xuzhou akhirnya jatuh, & berikutnya kota besar Wuhan jatuh jua, walau tentunya tidak tanpa perlawanan. Antara 800 ribu sampai 2 juta tentara China Nasionalis mempertahankan daerah di lebih kurang Wuhan, melawan lebih kurang 400 ribu prajurit Jepang.
Setelah Wuhan, kondisi perang pada China mencapai kebuntuan baik bagi Dai-Nippon & Republik China. Serangkaian pertempuran pada lebih kurang Changsha menyaksikan Jepang dikalahkan dalam 1939, 1941, dan 1942, akan tetapi syarat ekonomi, militer, dan politik China amat lemah. Hong Kong jatuh ke tangan Jepang nyaris sebulan selesainya serangannya terhadap Pearl Harbor, & Tiongkok semakin terisolasi dari dunia luar dengan jatuhnya Burma milik Inggris ke tangan Kekaisaran Jepang. China akan kembali dihantam sekali lagi, dengan serangan Jepang yg dinamakan Operasi Ichi-Go pada 1944, yang akhirnya berujung menggunakan jatuhnya Changsha dan terhubungnya wilayah kekuasaan Jepang pada Asia Tenggara & China. Setahun lalu, dan 8 tahun sehabis perang berdarah ini dimulai, Jepang menyerah.
Jutaan warga dan prajurit China kehilangan nyawanya, setidaknya 15 hingga 20 juta jiwa sebagai korban. Sedikitnya tiga juta prajurit Tiongkok kehilangan nyawanya, & total korban militer, baik meninggal, terluka, atau hilang, berkisar antara enam sampai sepuluh juta jiwa. Jutaan masyarakat sipil menderita: sedikitnya nyaris sejuta warga sipil mati dampak penghancuran tanggul Sungai Kuning, & setidaknya nyaris empat juta menjadi pengungsi, dan 11 juta terdampak karena banjir tersebut; jutaan lagi mangkat lantaran kelaparan. Diperkirakan, selama perang berkelanjutan tadi, sampai sekitar 95 juta masyarakat China wajib mengungsi.
China membayar mahal, sangat mahal, buat mempertahankan tanah air mereka dari ambisi imperialis Jepang, menderita selama 2 tahun sebelum Polandia dikuasai Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sehingga, alangkah baiknya bila kita sudi mengingat: Perang Dunia Kedua memang perang yg global, dan pengorbanan warga China, atau Tiongkok, kiranya tidak kita biarkan.
Sumber:
?Forgotten Ally, China's World War II, 1937-1945, oleh Rana Mitter, 2013.
?The Largest Act of Environmental Warfare in History, sang Steven I. Dutch, 2009.
?The Generalissimo, Chiang Kai-shek and the Struggle for Modern China, sang Jay Taylor, 2009.
?The Tragedy of Wuhan, 1938, sang Stephen R. MacKinnon, 1996, http://www.Jstor.Org/stable/312954
?Shanghai 1937, Stalingrad on the Yangtze, sang Peter Harmsen, 2013.
?The Nanjing Incident, Recent Research and Trends, oleh David Askew, 2002.
?War and Nationalism in China, 1925-1945, oleh Hans J. Van de Ven, 2003.
?Studies on the Population of China, 1386-1953, sang
Ping-ti Ho, 1959.
?Wuhan, 1938: War, Refugees, and the Making of Modern China, sang Stephen R. MacKinnon, 2008.
?Violence Against People and the Land: The Environment and Refugee Migration from China's Henan Province, 1938-1945, oleh Micah S. Muscolino, 2011,
https://www.Jstor.Org/stable/41303510
?China Defensive, The US Army Campaigns of World War II
Penulis: TheBattener
Sumber: OA Historypedia Line
0 comments:
Post a Comment