Harian Sejarah -Kalau kita melihat sekarang ini. Mungkin kita melihat serangkaian pengamanan yang sangat ekstra untuk mengawal sahabat-sahabat kita umat Nasrani yang sedang melaksanakan ibadah Natal mereka. Sebenarnya kenapa ini harus dilakukan ? Saya rasa ini ada yang salah, seolah-olah negara kita adalah negara komunis yang mengintervensi agama.
Padahal meskipun dalam catatan sejarah Indonesia, PKI pernah melangsungkan ?Perebutan kekuasaan?, tetapi Komunisme pada Indonesia tidak selaras dengan Komunisme di negara lain. Banyak dari bencana berdarah ganyang PKI yg kebanyakan adalah pengajar ngaji, ustad, santri, dan segala macam golongan. Mereka ikut PKI mungkin tergoda sang slogan Ideologi ? Sama homogen, sama bahagia ? Yang belum terwujud dalam Era Pemerintahan Presiden Soekarno.
Dan lagi pula saya berpendapat orang-orang yang mengisukan PKI secara berlebih-lebihan adalah orang BODOH, karena Komunisme ada karena kelaparan dan kemiskinan, sedangkan Indonesia merupakan surga yang menyediakan limpahan kebutuhan kita dan masyarakat kita sudah pintar dan bukan ikut segala macam intrik politik berdasarkan sodoran memuaskan perut (walaupun masih ada yang menyukai nasi bungkus).
Kembali aku tekankan, mengapa kita wajib takut merayakan hari raya penganut agama lain ? Kita adalah negeri yang dominan Islam. Dan sepanjang saya belajar sejarah dari Sekolah Menengah pertama (Sekolah Menengah pertama ya kan?). Saya selalu mendapatkan citra bahwa Islam merupakan agama yg toleran & memperjuangkan kemerdekaan bersama mitra-mitra saya Mu?Ahid (sebutan terhadap non muslim). Dan selama saya belajar sejarah sampai ketika ini aku mengenyam Pendidikan S1 Sejarah, aku selalu disuguhkan bahwa Islam merupakan rahmat bagi semesta alam, membawa kedamaian bagi pemeluknya, & mengasihi pada semua umat manusia.
Akan tetapi sekarang harus sadari! Bahwa ancaman Komunisme bukanlah satu-satunya ancaman bagi Ideologi kebangsaan kita, Dan isu PKI merupakan keliru satu cari golongan-golongan Islam Transaksional yang menginginkan Ideologi Khilafah pada bumi Nusantara untuk menggiring opini umat Islam Indonesia membenarkan tindaknnya dan secara laten menciptakan pola pikir umat Islam Indonesia menjadi radikal (yang tadinya rahmatan lil alamin).
Membuat pancingan merupakan cara yang mereka lakukan buat menggesekan kesatuan bangsa kita. Mereka menghina keimanan agama lain pada media sosial. Sehingga membuat pencitraan permusuhan antara Umat Islam & Golongan Mu?Ahid. Mereka membentuk opini buat membuat keretakan terhadap keutuhan bangsa kita dengan cara penghasutan dan mengajarkan kekerasan.
Bunuh!!! Bunuh!!! Bunuh!!! Bunuh!!! Bunuh!!!
Itu merupakan cara mereka buat memperngaruhi pemikiran golongan-golongan Islam kita yang bersatu dengan budaya lokal Indonesia yang luhur. Mereka membentuk sebuah eskplansi bahwa Islam tidak boleh bercampur menggunakan budaya, akan tetapi mereka mencampuradukan Islam kita dengan budaya kekerasan.
Kita sekarang wajib sadar. Bahwa kita dalah orang Indonesia yg beragama Islam, bukan orang Islam yg berada di Indonesia. Kita wajib memiliha opini-opini yg berkembang untuk menggiring kita melakukan perpecahan. Islam mengajarkan buat memberikan hidayah menggunakan lemah lembut. Islam menaruh kasih kepada seluruh orang. Karena Islam diturunkan untuh menjadi rahmat bagi semesta alam. Melindungi seluruh umat insan (baik islam juga Mu?Ahid).
Islam Indonesia mengajarkan :
? Kasih, Sayang, Memaafkan, Adil ?
Yang merupakan pencerminan berdasarkan nama-nama Allah yang baik, sedangakan
? BUNUH, KAFIR, CINA KOMUNIS, PROVOKASI, PERANG, BUNUH. ?
Sama sekali bukan penggambaran dari Umat Islam Indonesia, bahkan bukan gambaran dari Ajaran Islam yg aku pelajari sejak Sekolah Menengah pertama.
Sejarah yg saya pelajari sejak Sekolah Menengah pertama bukan mengajarkan buat mengatakan pahlawan itu kafir atau pahlwan itu tak pantas karena kafir. Tapi Sejarah mengajarkan saya bahwa kita berjuang buat Tanah Air menggunakan menanggalkan identitas primodial kita, agama kita bawa ke medan usaha buat memanjatkan doa kepada Allah. Kalau semenjak dulu kita mempermasalahkan kepercayaan dalam usaha kemerdekaan. Sudah kentara negara Indonesia pasca RIS akan tepercah.
Akan tetapi ? Kita tetap manunggal.
? Lantaran Agama merupakan cara kita mendekatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Akan tetapi Rasa Nasionalisme merupakan cara kita mendekatkan pada Persatuan Bangsa, Ya Bangsa Indonesia ?
* Artikel ini adalah posting ulang, pertama kali saya posting pada Seword.Com
0 comments:
Post a Comment