Cut Nyak Dhien setelah ditangkap oleh pejabat Hindia Belanda. Foto: Tropenmuseum
Harian Sejarah -Tanpa mengkerdilkan peran dari pahlawan-pahlawan lain yang berjuang di Aceh, Cut Nyak Din sudah tentu merupakan salah satu wanita yang paling dikenal oleh khalayak banyak tentang kepiawaiannya melawan kaphe Ulanda.
Kekaguman masyarakat Indonesia kini terhadap Cut Nyak Din nir kalah pada kekaguman musuh-musuh Cut Nyak Din pada masa itu. Telah disebutkan pada tulisan saya sebelumnya bahwa jumlah pimpinan perang Belanda yang banyak nir bisa mengalahkan Cut Nyak Din. Hal ini membuat C. Van der Pol menyebut Din menjadi Een der Merkwaardigste Vrouwen in Nederland-Indie.
Teuku Umar Syahid, Din Muncul menjadi Pimpinan Utama
Lahir di Aceh dan sebagai anak menurut Teuku Nanta Cek Setia Raja, Din tumbuh menjadi seseorang wanita yang cerdik dan tangkas sejak masa mudanya. Aliran darah Din telah tentu adalah genre kebencian pada penjajahan yg mewujud pada seseorang perempuan . Din melihat penjajahan Belanda pada waktu itu menjadi sebuah aksi yang brutal & bengis. Menyaksikan hal yg demikian sepanjang masa remaja hingga dipinang sang Ibrahim Lamnga, menciptakan Din memiliki dendam kesumat yg luar biasa.
Kebencian Din bertambah hebat saat dalam 27 Juni 1878, Ibrahim Lamnga mangkat tertembus peluru Belanda. Dua tahun setelah syahidnya Ibrahim Lamnga, Din mendapat pinangan Teuku Umar, seseorang panglima perang besar Aceh yang tersohor namanya. Pinangan ini dibalas Din menggunakan kondisi bahwa Umar wajib memperbolehkan Din ikut dan melawan Belanda. Melihat semangat yg kuat itu, diterimalah kondisi itu sang Teuku Umar.
Dalam setiap aksi yang dilancarkan Umar setelah pernikahannya, Cut Nyak Din selalu menjadi auctor intellectualisnya. Dalam hal ini, melihat betapa hebatnya peran seseorang istri Umar yg menghancurkan Belanda bertubi-tubi, geramlah Belanda. Tetapi, pada masa ini, sasaran primer Belanda merupakan Umar. Umar telah berhasil melaksanakan tipu makar yang merugikan Belanda. Hingga sampailah saat yang maha murung , di pantai laut Meulaboh, pada 11 Februari 1899, Umar meninggal tertembak peluru Belanda waktu rencana penyerbuannya bocor ke pendengaran Belanda.
Satu kali mungkin bolehlah hati Din ditenangkan, tetapi kehilangan yang ke 2 kalinya ini membuat Din nir tahan lagi. Namun, amarahnya ini bukan semata-mata pembalasan dendam terhadap suaminya. Din tidak pernah patah hati, lantaran dia adalah putri ksatria yang konfiden bahwa suaminya sudah syahid di jalan Allah. Sungguh, dalam dtk peluru merogoh jiwa Teuku Umar, dalam dtk yang sama itu jua Belanda sudah membangunkan seseorang panglima yang berbahaya bagi mereka.
Kekuatan Pasukan Din
Cut Nyak Din, sesudah menaruh penghormatan pada jenazah Umar & memakamkannya, angkat senjata melawan Belanda. Demikianlah, pada perang ini, tampilah Din sebagai keliru seseorang pimpinan perang yg terlama & termahal melawan Belanda. Cut Nyak Din melawan dengan bekas pasukan Umar & para pengikut setianya. Ia berjanji bahwa beliau nir akan berhenti melawan sampai nyawa berpisah dengan raganya.
Untuk keperluan perlawanan ini, Din membentuk suatu siasat supaya pasukan beranjak secara kendaraan beroda empat: pasukan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dalam ketika yang cepat. Tujuannya adalah buat mengakali Belanda, sehingga serdadu paling berpengalam sekalipun tidak sanggup menangkap pasukan Din. Langkah pasukan Din ini misalnya kijang yang sangat cepat. Pasukan yang beranjak itu sekaligus membersihkan sisa-residu pemukiman ad interim mereka agar tak dapat diikuti Belanda. Dalam hal pengintaian, mereka juga memeriksa sekitaran.
Dari zaman hidupnya Teuku Umar, ketakutan Belanda terhadap Din & Umar telah menunjukkan wujudnya. Di negeri Belanda sana, lagu-lagu beredar di kalangan generik: Aan een touw Teuku Umar en zijn vrouw (Gantung di tali Teuku Umar & istrinya). Hal ini bukan saja dikarenakan kekuatan perang yg hebat. Terlebih adalah berkat kekuatan surat-surat kiriman pejuang & dakwah yg terus berdengung di Aceh.
Cut Nyak Din: Panglima yang Ditakuti Belanda
Kepemimpinan Din yang tidak tergoyahkan adalah keliru satu alasan masuk akal Belanda gentar terhadapnya. Cut Nyak Din secara kontiniu selalu membangkitkan semangat juang pengikutnya yg tinggal sedikit itu. Tidaklah kita terheran kalua begitu, menggunakan sumpah setia para pengikut yang berbunyi: ?Langkahi dahulu mayat kami sebelum menangkap Cut Nyak Din!?. Hal ini pulalah yg nanti memilukan hati kita waktu rasa cinta para pengikut mengantarkan Din ke pangkuan Belanda.
Dibanding rasa hormat para pengikut setia, rasa hormat semua warga Aceh lebih menggetarkan lagi. Pada 1901, waktu Belanda gencar melakukan operasi militer di Aceh Barat, Din terpaksa berpindah ke Aceh Tengah. Di sana, beliau diterima dengan syukur sang penduduk yg sangat bersimpati. Ratu perang ini disuplai segala kebutuhannya oleh masyarakat Gayo. Kepercayaan yg hebat berdasarkan seluruh orang inilah yg betul-betul ditakuti sang Belanda.
Cut Nyak Din adalah pemimpin yg sangat piawai. Di samping mengungkapkan taktik-strategi perang yg mematikan Belanda, Din selalu membangkitkan semangat pengikutnya dengan memberikan cerita-cerita kepahlawanan. Hal ini menciptakan perlawanan tidak pernah padam. Pasukan Din, menurut H. M. Said, juga merupakan pasukan yang piawai memakai klewang.
Dalam masa modern, mungkin nir terdapat bandingannya, seorang perempuan yang bisa mengalahkan tokoh militer yang poly jumlahnya: Van Heutz, Van Daalen, Van der Maaten, Veltman, H. Colijn, Christoffel dan poly lainnya dan sudah menghadapi Brandhoff, Mathes pula Campioni tanpa kalah. Sejak sebelum Sultan Aceh menyerah sampai sesudahnya, sungguhpun Din didukung atau tidak, sungguhpun dia menderita atau tidak. Tidak ada yang bisa menghentikan panglima yg satu ini. Betapa tidak takut Belanda menghadapi perempuan yang bencinya terhadap Belanda tidak pernah lekas ini.
Rasa Kagum Musuh-Musuh Din
Ketika Umar masih hidup, Din sudah menjadi sosok yg seram bagi pemerintah kolonial. Namun, tidak sama menggunakan kesan yg dihinggapkan Umar ke Belanda sampai beliau dianggap schurk, nampaknya ketakutan Belanda terhadap Din lebih ditunjukkan dengan rasa kagum yg luar biasa. Hal ini mungkin dikarenakan Belanda tidak pernah mempunyai pahlawan wanita yg seperti Din & tidak jua ia memiliki Joan d?Arc.
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Residen Belanda Jongejans: ?Zij is slechts eene in de rij der vrouwen? Yg berarti hanya Din lah satu-satunya di antara para perempuan yg pada waktu itu bisa membuat takjub Belanda. Jika kita berbicara tentang Din, bukanlah problem gender yang utama. Di antara orang-orang Aceh, sudah banyak perempuan yg angkat senjata melawan penjajahan Belanda. Tetapi, Din adalah seseorang perempuan yg luar biasa, tanpa mengkerdilkan kiprah yg lain, sudah mencatatkan suatu kekalahan yg pula dibarengi kekaguman Belanda. Cut Nyak Din lebih fanatik dari istri pejuang Aceh lain mengenai nir mengenal takluk. Cut Nyak Din sebagai berbeda dengan perempuan yg lain karena beliau merupakan pemikir strategi & dalam akhirnya beliau menjadi pimpinan primer perang.
Ketika ia menjadi pimpinan utama perang inilah rasa kagum muncul di antara para musuhnya. Mereka dari kalangan Belanda yang menceritakan siapa itu Cut Nyak Din adalah mereka yang telah mengenal sendiri Din di medan perang. Di antara mereka, ada seorang perwira bernama Brandhoff yang menyatakan bahwa Din bukanlah orang sembarangan, pasukan Din berhasil melawan pasukan pimpinan Mathes yang berjumlah kira-kira 451 orang. Ternyata, Din mampu membuat mundur Belanda dengan serangan klewang yang luar biasa. Hal yang demikian ini tentulah membuat Belanda merasa kagum akan Din.
Rasa kagum itu juga ada dari kenyataan bahwa Din berjuang menggunakan kondisi yang nir sehat. Penyakin rabun dan encok serta kondisi hutan yang susah bukanlah pengalaman indah bagi seseorang anak Uleebalang seperti Din. Daripada hal ini, muncul jua simpati dari para pengikut. Betapa kita tidak tersentuh hatinya melihat kondisi Din ini yang membuat para pengikut, karena rasa hormat & kasihan, terpaksa menyerahkan Din ke tangan Belanda.
Selain kondisi Din yg memburuk, karena menurut penyerahan Din ke Belanda adalah juga susahnya bantuan yg dihasilkan, serangan dari tentara Belanda pula menyempitkan ruang mobilitas. Tetapi, yang paling merugikan merupakan taktik Belanda dengan memberikan surat ampunan pada para pejuang yang menyerahkan diri. Lantaran hal ini, beberapa pengikut Din pula membelot dan balik ke tempat berasal mereka.
Din memberi bukti pada kita semua bahwa beliau nir akan goyah pada melawan Belanda. Ketika Panglima Laot, pengikutnya yang setia, memberi saran dalam Din untuk menyerah. Din yang telah terlihat lemah itu amarahnya meluap dan membuatnya misalnya dalam masa belia lagi & mengatakan bahwa dia lebih baik mati pada hutan & meneruskan perjuangan kudus. Demikianlah, Din, perempuan pejuang yg disegani Belanda itu tidak jua menyerah pada kondisi yg sangat menyedihkan sekalipun.
Baiknya, sebagai anak bangsa yang sudah tentu ingin bangsanya menjadi lebih baik, kita wajib melihat masa kemudian juga menjadi refleksi. Perjuangan Din, wanita yg mengajaibkan dari Hindia Belanda, sekarang telah tercapai. Belanda sudah hengkang menurut bumi Nusantara, nama Din sekarang lebih dikenal menjadi pahlawan nasional Indonesia. Sungguhlah malu apabila bangsa Indonesia kini menghabiskan tenaga untuk konflik internal yg tidak perlu. Kita wajib melihat masa depan sejauh, bahkan lebih jauh, berdasarkan kita melihat masa lalu.
Daftar Pustaka :
Alfian, Ibrahim. 1987. Perang pada Jalan Allah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ibrahim, Muchtaruddin. 1996. Cut Nyak Din. Jakarta: Department of Education and Culture Republic of Indonesia.
Lulofs, Szekely. 1951. Cut Nyak Din: Kisah Ratu Perang Aceh. Jakarta: Komunitas Bambu.
Reinhart, C. 2016. Cut Nyak Din: Auctor Intellectualis Perang Aceh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Said, H. Mohammad. 1991. Aceh Sepanjang Abad. Medan: Harian Waspada.
Van ?T Veer, Paul. 1985. Perang Aceh: Kisah Kegagalan Snouck Hurgonje. Jakarta: Temprint.
Zainuddin, H. M. 1966. Srikandi Atjeh. Medan: Pustaka Iskandar Muda.
Kiriman dari : C.Reinhart - Mahasiswa Sejarah UI 2016
0 comments:
Post a Comment