Wahai Warga Aisyiyah Sejati. Sadarlah Akan Kewajiban Suci. Membina Harkat Kaum Wanita. Menjadi Tiang Utama Negara. Ditelapak Kakimu Terbentang Surga. Ditanganmu-Lah Nasib Bangsa. Mari Beramal Dan Berderma Bakti. Membangun Negara. Mencipta Masyarakat Islam Sejati. Penuh Karunia. Berkibarlah panji matari. Menghias langit bunda pertiwi. Itu lambang perjuangan kita. Dalam menyebarluaskan kepercayaan . Islam pedoman hayati wahyu illahi. Dasar kebahagiaan sejati. ?Mars Aisyiyahdanquot;
Jika Ahmad Dahlan berhasil mendirikan Muhammadiyah, istrinya bernama Siti Walidah merintis organisasi wanita berbasis Islam modern, Aisyiyah. Meskipun tidak tanggal menurut induknya, yakni Muhammadiyah, tetapi Aisyiyah mampu berkembang akbar menjadi salah satu organisasi perempuan terbesar se-Indonesia.
Pendiri Aisyiyah bernama mini Siti Walidah. Ia lahir & besar di kampung Kauman Yogyakarta. Lingkungan Siti Walidah merupakan lingkungan Islami, ayahnya adalah pemuka Agama Islam dan Penghulu resmi Keraton, Kyai Haji Fadhil. Sejak mini Siti Walidah sudah menerima pendidikan kepercayaan . Lantaran alasan adat yg ketat, setiap anak perempuan pada lingkungan Keraton Yogyakarta harus kena pingit, tinggal di tempat tinggal sampai tiba saatnya buat menikah. Siti Walidah tidak pernah mengenyam pendidikan generik kecuali pendidikan agama yg didapat dari ayahnya.
Meskipun tidak pernah merasakan sekolah generik, Nyai Ahmad Dahlan mempunyai pandangan luas. Hal itu disebabkan lantaran kedekatannya menggunakan tokoh-tokoh Muhammadiyah, jua tokoh bangsa yg pula merupakan teman seperjuangan suaminya. Sebagai istri dari seseorang pemuka kepercayaan berpikiran revolusioner, kerap kecaman dan tentangan, Siti Walidah belajar mengerti maksud tujuan sang suami, beliau tetap mendukung gagasan dan pandangan baru suaminya pada menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya.
Mulanya, Siti Walidah hanya berperan menjadi istri yang menyokong secara moral Ahmad Dahlan. Tetapi, sejak tahun 1914, beliau mulai terlibat langsung pada kegiatan Muhammadiyah menggunakan ikut merintis kelompok pengajian perempuan Sopo Tresna.
Pengajian tersebut menelaah tentang ilmu kepercayaan , Siti Walidah pula menjadi keliru satu pembicaranya. Lama-kelamaan pengajian tadi menunai sukses dan anggota semakin banyak. Nyai Ahmad Dahlan lantas berpikiran buat membuatkan Sopo Tresno sebagai sebuah organisasi kewanitaan berbasis Agama Islam. Tepat di malam peringatan Isra? Mi?Raj, dalam tanggal 22 April 1917, berdirilah sebuah organisasi Islam bagi kaum wanita bernama Aisyiyah, dan dipilih menjadi ketua merupakan Siti Bariyah. Lima tahun setelah didirikan, dalam tahun 1923 Aisyiyah resmi menjadi bagian menurut Muhammadiyah. Tahun 1927 Aisyiyah berubah sebagai Majelis Aisyiyah. Tahun 2005 dalam Muktamar Muhammadiyah ke-45 pada Malang organisasi Aisyiyah ditingkatkan statusnya sebagai organisasi berotonomi spesifik. Selain Aisiyiah, Siti Walida juga mendirikan Siswa Praja Wanita pada tahun 1919, organisasi tersebut kemudian berkembang dan berganti nama menjadi Nasyiatul Aisyiyah.
Siti Walidah mati global usia 74 tahun pada tanggal 31 Mei 1946. Pada 22 September 1971, menjadi penghormatan karena usahanya pada menyebarluaskan Agama Islam dan mendidik wanita, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Sumber: Ensiklopedi Pahlawan Nasional