Pasca Perang Puputan, Belanda yang sudah menguasai Bali melakukan upaya militer lagi dengan meluaskan kekuasaannya ke Sumatera bagian Utara. Berdasarkan Treaty of Sumatera 1870 yang merupakan kesepakatan antara Belanda dengan Inggris bahwa Belanda dapat menganeksasi wiilayah Sumatera, sedangkan Inggris menganeksasi wilayah Singapura sampai Semenanjung Malaya.
Upaya aneksasi daerah Sumatera bagian utara ini herbi konsep Politik Pax Netherlandica yaitu pembulatan negeri jajahan. Jawa, Bali, Sulawesi, & sebagaian Sumatera sudah belanda kuasai. Dengan menganeksasi Sumatera bagian utara maka Belanda bisa menguasai seluruh darata Sumatera sampai nanti tersisa wilayah Borneo (Kalimantan).
Kemudian perang batak ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh penolakan oleh Raja Batak Sisingamangaraja XII atas misi Zending (penyebaran agama protestan) yg dilakukan oleh pendeta-pendeta Belanda dan Jerman pada daerah batak yang telah dikuasai oleh Belanda. Hal ini bermula dari wilayah kekuasaan Sisingamangaraja XII yang mengecil lantaran daerah Tapanuli & Taruntung sudah dikuasai sang Belanda.
Sisingamangaraja XII kemudian berusaha melakukan perlawanan buat mencegah kekuasaanya semakin mengecil sang perluasan Belanda. Raja Sisingamangaraja XIII kemudian menyerang kedudukan Belanda pada Tarutung. Perang berlangsung selama tujuh tahun di daerah Tapanuli Utara, misalnya pada Bahal Batu, Siborong-borong, Balige Laguboti & Lumban Julu.
Kemudian buat membalas agresi Sisingamangaraja XII, Belanda dalam tahun 1894 melancarkan agresi balasa menggunakan menyeran Bakkara yang merupakan pusat kedudukan & pemerintahan Kerajaan Batak. Serangan ini berujung dalam mengungsinya raja ke Dairi Pakpak.
Pada tahun 1904, pasukan Belanda, dibawah pimpinan Van Daalen dari Aceh Tengah, melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara, sedangkan pada Medan didatangkan pasukan lain. Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan Capt Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII dan dua orang anaknya.
Sementara itu Sisingamangaraja XII & para pengikutnya berhasil melarikan diri ke Hutan Simsim. Ia menolak tawaran buat menyerah, & pada pertempuran tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur beserta menggunakan putrinya Lopian dan 2 orang putranya Sutan Nagari & Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Tapanuli.
0 comments:
Post a Comment