Foto: Wikipedia |
Bidang tugas & pekerjaannya berkaitan menggunakan sejarah purbakala. Ia memangku jabatan sebagai Kepala Dinas Lembaga Purbakala & Peninggalan Nasional (1960-1975) dan Pembina Utama Direktarat Perlindungan & Pembinaan Peninggalan Sejarah Purbakala (1975-1985).
Setamat kuliah dia terus melanjutkan di Dinas Purbakala Jakarta (1952-1960), sebagai akibatnya Uka Tjandrasasmita akhirnya mencapai jabatan menjadi Kepala Dinas.[1] Kariernya semakin tinggi menjadi Kepala Dinas Lembaga Purbakala & Peninggalan Nasional (1960-1975), & selanjutnya menjadi Pembina Utama Direktorat Perlindungan & Pembinaan Peninggalan Sejarah Purbakala (1975-1985).
Ketika menjabat sebagai Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala (PPPSP) Departemen P & K, Uka melakukan pemugaran dan penggalian kepurbakalaan di 26 provinsi, termasuk pemugaran terhadap 121 candi dan peninggalan sejarah di seluruh Indonesia.
Menurut dia, perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah nasional dapat berfungsi merangsang kembali gairah kehidupan budaya nasional. Mendalami sejarah dan arkeologi Islam,
Uka TjandrasasmitaUka Tjandrasasmita juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Ia telah menulis Sultan Ageng Tirtajasa: Musuh Besar Kompeni Belanda (1967), Pasang Surut Perdjuangan Pangeran Jayakarta Wijayakrama (1971), Sejarah Jakarta: Dari Zaman Prasejarah Sampai Batavia Tahun (kurang lebih) 1750 (1977), dan The Arrival and Expanson of Islam in Indonesia Relating to South East Asia (1985).
Buku terakhirnya berjudul "Arkeologi Islam Nusantara" itu merupakan kumpulan tulisannya. Buku berisi 23 naksah karya Uka dibagi dalam tiga bab, yakni Arkeologi Islam dan Dinamika Kosmopolitanisme, Arkeologi Islam dan Dinamika Lokal di Nusantara dan Arkeologi Islam dan Penaskahan Nusantara.
Uka TjandrasasmitaUka Tjandrasasmita meninggal dunia pada 22 Mei 2010 setelah bertahan menghadapi sakit kanker usus yang cukup lama.
Dikutp dari Antara, menurut Ketua Program Studi S1 Arkeologi UI, Dr Nini Susanti, almarhum merupakan figur yang penuh dedikasi terhadap ilmu arkeologi.
"Bahkan ketika dia sakit, masih tekun dan bisa menulis sebuah buku," kata Nini Susanti yang juga pernah menjadi murid dari Dr Uka.
"Memang sudah cukup lama beliau tidak mengajar di UI lagi, tapi kami tetap mengenalnya sebagai pribadi yang baik. Beliau tidak pernah berhenti menuangkan pikirannya di bidang arkeologi Islam,
0 comments:
Post a Comment