Pada awal beroperasi, RI-001 Seulawah menjadi penghubung Jawa dan Sumatera, mengangkut obat-obatan dari Burma dan India dengan menembus blokade-blokade Belanda. Burung besi ini juga berperan menyelundupkan senjata, amunisi dan perangkat komunikasi dari Burma ke Aceh, untuk logistik perang melawan Belanda. Dengan perangkat radio yang diselundupkan pesawat ini, dari Aceh disiarkan kabar ke penjuru dunia bahwa “Indonesia masih ada”.
Indonesia pertama kali memiliki sebuah pesawat yang diperuntukan untuk perjalanan dinas Presiden Soekarno ke seluruh wilayah Indonesia dan untuk berkunjung ke negara-negara lain guna menarik dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Pesawat tersebut adalah RI-001 Seulawan yang merupakan pesawat yang digunakan oleh Indonesia menjadi penghubung Jawa dan Sumatera, mengangkut obat-obatan dari Burma dan India dengan menembus blokade-blokade Belanda. Burung besi ini juga berperan menyelundupkan senjata, amunisi dan perangkat komunikasi dari Burma ke Aceh, untuk logistik perang melawan Belanda. Dengan perangkat radio yang diselundupkan pesawat ini, dari Aceh disiarkan kabar ke penjuru dunia bahwa “Indonesia masih ada”.
Soekarno menggunakannya untuk melakukan perjalanan ke pelbagai daerah dalam di Sumatera dan Jawa untuk mendapat dukungan kemerdekaan RI, juga dipakai dalam menjalin diplomasi demi terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ke berbagai Negara. RI-001 Seulawah ikut mengangkut tokoh-tokoh bangsa ke luar negeri untuk menjalin hubungan international dalam memperoleh dukungan kemerdekaan.
(Foto: share-all-time) |
Pesawat RI-001 sendiri merupakan pesawat yang dibeli atas hasil patungan seluruh Masyarakat Aceh. Soekarno datang ke Aceh pada Juni 1948 untuk meminta dukungan kepada masyarakat Aceh. Soekarno melakukan pertemuan dengan Gubernur Militer, Abu Daud Beureueh di Hotel Aceh, samping Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Presiden RI pertama itu menangis, mengiba agar rakyat Aceh membantu dana pembelian pesawat.
Tujuannya untuk memperkuat pertahanan negara dan hubungan antar pulau, menembus blokade Belanda yang mulai menguasai sebagian besar nusantara menyusul agresi militer ke II Belanda. Pusat pemerintah Indonesia di Yogjakarta sendiri kala itu mulai dikuasai lagi Belanda.
Soekarno berargumen bahwa pembelian pesawat tersebut bertujuan untuk memperkuat pertahanan negera dan hubungan antar pulau untuk menembus blokade yang dilakukan Belanda dan juga agresi militer ke II Belanda yang menyebabkan pemerintahan Indonesi di Yogyakarta dikepung saat itu.
“Saya tidak akan makan malam ini, kalau dana untuk itu tidak terkumpul,” kata Soekarno dalam pertemuan diselenggerakan Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) itu.
Ketua GASIDA, Muhammad Djuned Yusus yang hadir dalam forum, langsung menyanggupinya. Bersama Said Muhammad Daud Alhabsyi, ia memimpin Dakota Found, panitia penggalangan dana. Para saudagar menyumbangkan uang dan emas. Sementara rakyat biasa ikut mengumpulkan hasil pertanian dan peternakannya untuk disumbang ke panitia. Alhasil dalam dua hari terkumpul dana setara 20 kilogram emas atau 130 ribu dolar Singapura.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa, Daud Beureueh yang iba dengan Soekarno langsung memerintahkan langsung Abu Mansor, sekretarisnya untuk mengumpulkan sumbangan untuk perjuangan tokoh pergerakan di Jawa.
Sebelum kembali ke Pulau Jawa membawa sumbangan rakyat Aceh, dalam pertemuan akbar dengan rakyat Aceh di Lapangan Blang Padang, Soekarno berorasi mengajak rakyat Aceh membantu perjuangannya.
“Aku meminta kepadamu hai pemuda-pemuda, pemudi-pemudi, ulama-ulama, saudara-saudara, anak-anakku dari angkatan perang, segenap pegawai, segenap rakyat jelata yang berkumpul di sini, di seluruh daerah Aceh, marilah kita terus berjuang,” katanya.
Dalam kunjungannya ke Aceh, Soekarno juga berpesan khusus kepada Daud Beureueh yang ia panggil Kakak, agar mengajak rakyat Aceh membantu perjuangan mengusir Belanda yang masih bercokol di berbagai daerah di nusantara.
“Saya minta bantuan Kakak agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda, untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”
“Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid,” jawab Daud Beureueh.
“Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan merdeka atau syahid,” timpal Soekarno.
(Foto: Gloopic Article) |
Kemudian Soekarno kembali ke Jawa dengan hasil sumbangan rakyat aceh dan kemudian membelikannya sebuah pesawat Dakota DC-3 melalui Singapura pada bulan Oktober 1948. Perwira penerbangan Wiweko Soepono kemudian ditunjuk menjadi Direktur Utama Garuda. Kapal tersebut kemudian diregistrasi atas nama RI-001 Seulaah. RI-001 Seulah merupakan kapal angkut pertama yang dimiliki oleh Indonesia dan menjadi cikap bakal Indonesian Airways yang saat itu memiliki kantor di Burma (Myanmar). Pendirian di Burma dengan alasan masih besarnya wilayah Indonesia yang diduduki Belanda.
RI-001 memiliki panjang badan sepanjang 19,66 m dengan rentang sayap 28,96 m. pesawat ini ditopang dengan tenaga dua mesin jenis pratt dan whitney berbobot 8,030 kg. Pesawat ini memiliki kecepatan terbang maksumum sekira 346 km per jam.
Agak miris jika kita melihat dalam pelajaran sejarah kita mengenai tokoh Daud Beureh yang di-labeling sebagai pemberontak akibat keikutsertaannya ke dalam gerakan DI/TII pimpinan SMK Kartosuwiryo. Sebenarnya Daud Beuruh hanya menuntut janji Soekarno. Mengingat bahwa Soekarno pernah berjanji untuk memberikan hak khusu bagi Aceh menjalankan syariat Islam untuk membujuk Daud Beureuh agar menggerakan rakyat Aceh padahal mungkin Aceh bisa merdeka tanpa harus menjadi bagian dari NKRI, namun Daud Beureh memilih NKRI. Syariat Islam yang dijanjikan Soekarno tak kunjung datang. Aceh mendapat konsesus menjalankan syariat Islam sebagai daerah khusus setelah diterjang Tsunami 2004 dan serangkaian pertikaian milier antara GAM dengan TNI.
0 comments:
Post a Comment