Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945 dengan segera terancam sang kembalinya Belanda ke wilayah jajahannya di Nusantara, menggunakan pasukan Imperium Britania menjadi perpanjangan tangan Amsterdam?Setidaknya hingga Belanda sendiri dapat mengumpulkan asal daya yang cukup buat menekan Republik Indonesia. Balatentara Jepang di Indonesia?Yang telah kalah perang, meski tentunya belum dikalahkan di medan pertempuran di Kepulauan Nusantara?Sekarang jua adalah perpanjangan tangan, perpanjangan tangan Inggris tentunya, buat menjaga ketertiban di daerah Nusantara. Seperti yg diketahui, tak usang setelahnya, pertempuran dalam skala besar maupun mini mulai berkobar; para pejuang Indonesia melawan pasukan-pasukan Inggris, Jepang, dan Belanda.
Pastinya segala usaha dan permasalahan bersenjata membutuhkan senjata, dan Indonesia tak memiliki banyak. Persenjataan yang dipakai para pejuang diperoleh berdasarkan banyak sekali sumber, baik senjata-senjata Jepang, Belanda, Inggris, & lainnya. Walaupun begitu, terdapat juga senjata-senjata yang dibuat secara swayasa. Pabrik-pabrik senjata 'makeshift' ini mulai memproduksi persenjataan sejak sekitar 1946 demi perjuangan mempertahankan kemerdekaan, seperti pabrik senjata Demakijo, yg adalah bekas pabrik gula, dan pabrik senjata Watson, keduanya berada pada Yogyakarta. Pabrik Demakijo sendiri beroperasi pada 1946?1948, menggunakan kurang menurut seribu orang pekerja, & memproduksi granat, bom, dan lainnya, ad interim itu, pabrik Watson hingga nyaris selesai menciptakan kapal selam mini .
Persenjataan yang dibuat secara swausaha ini bervariasi. Ada beberapa kendaraan yang adalah output modifikasi, terdapat yg merupakan produksi senjata-senjata tiruan?Seperti imitasi dari "Sten Gun" Inggris?Dan ada juga yg memang didesain dan dibentuk secara swakarya. Senjata yg dirancang sendiri ini jua bervariasi, mulai berdasarkan granat yg cenderung primitif, alias granat "gombyokdanquot;, tetapi terdapat jua pistol-pistol yg memang dibuat sendiri?Tak menurut pistol dan/atau revolver pada masa ini protesis Belanda, Inggris, Jepang, atau negara lain.
Dalam kitab 'Koleksi Senjata di Museum Pusat ABRI Satriamandala', dan pada museumnya sendiri, dipamerkan dua pistol output rancangan & produksi Indonesia tadi, yg memang tak mirip dengan pistol-pistol Nambu Jepang, pistol-pistol milik KNIL, atau pistol lainnya berdasarkan masa Perang Dunia II & sebelumnya, sebagaimana yang mampu diamati pada potret-potret pada atas. Kedua pistol ini disebutkan mempunyai kaliber 9 mm, meski diameter aktual menurut pelurunya merupakan 0,38 inci. Dapat terlihat bahwa pembuatannya tentunya tidak profesional; berdasarkan Moehkardi dalam 'Akademi Militer Yogya pada Perjuangan Fisik 1945 sampai menggunakan 1949', bahan buat membuat persenjataan memang seadanya, misalnya besi baja rel kereta api dan dawai ban kendaraan beroda empat truk. Akan tetapi, walau hanya menggunakan bahan yg kurang memadai, senjata-senjata tersebut tetap dibentuk, dan senjata-senjata tadi tetap digunakan dalam perjuangan mempertahankan Republik.
Referensi:
Itaratnasari. (2017, 13 Desember). Diorama Kegiatan Pabrik Senjata Demakijo Yogyakarta-Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Https://kebudayaan.Kemdikbud.Go.Id/Vredeburg/diorama-kegiatan-pabrik-senjata-demakijo-yogyakarta-diorama-ii-museum-benteng-vredeburg-yogyakarta/. Diakses 7 November 2019.
Siong, H.B. (2001). 'The Indonesian Need of Arms after the Proclamation of Independence'. Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde, 157(4), 799-830. Diakses menurut http://www.Jstor.Org/stable/27865779.
Moehkardi. (2019). Akademi Militer Yogya pada Perjuangan Fisik 1945 hingga menggunakan 1949. Yogyakarta: UGM Press.
Pusat Sejarah ABRI. (1977). Koleksi Senjata di Museum Pusat ABRI Satriamandala. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI.
Remmelink, W.G.J. (1978). 'The Emergence of the New Situation; The Japanese Army on Java after the Surrender'. De Militaire Spectator, 147-dua:49-66.
#TheBattener
Sumber: OA Histoypedia Line
Bourbon