Ketika Terusan Suez dibuka dalam tahun 1869, Negara Barat terutama Inggris & Perancis berusaha menanamkan pengaruhnya pada Mesir. Pengaruh kekuasaan Inggris makin kuat mulai tahun 1875, yakni waktu Khedive Ismail (1863?1879) membutuhkan uang sehubungan menggunakan krisisnya keuangan Mesir. Khedive Ismail kemudian menjual sebagian akbar saham Mersir dalam Terusan Suez kepada Inggris.
(Baca jua: 9 Fakta Menarik Tentang Terusan Suez)
Di samping itu, Mesir pula meminjam uang menurut Inggris dan Prancis. Mesir lantaran tidak dapat membayar hutang-hutangnya maka Inggris dan Prancis masuk ke Mesir dan memberesi hutang-hutangnya. Dengan demikian, dari tahun 1876, Inggris & Prancis telah ikut campur dalam pemerintahan di Mesir.
Muhammad Ali Pasya |
Sejak 1517 Mesir merupakan daerah taklukan Turki. Setelah mengalahan Dinasti Mamluk dalam 1805 dan menghabisi sisa-residu mereka dalam tahun 1811, Muhammad Ali Pasya berkuasa dan melakukan banyak sekali pembaharuan pada bidang pertahanan, pendidikan, dan ekonomi di Mesir.
Muncul keinginan buat memisahkan diri berdasarkan Turki & menjadi negara merdeka. Hal tersebut terealisasi dengan dikalahkannya pasukan Turki dalam pertempuran Konya tahun 1832. Namun lantaran Inggris mempunyai kepentingan di Mesir, Mesir membuat perjanjian dengan Inggris pada 1840 menggunakan nama Konvensi Alexandria. Adapun point yg ditetapkan ialah bahwa Mesir masih jajahan Turki, Mesir harus melepaskan Syiria.
Pada tahun 1869 Terusan Suez di Mesir yg dibangun oleh Ferdinand de Lessep berdasarkan Perancis diresmikan. Terusan Suez memiliki arti krusial bagi pelayaran global. Lantaran berbagai hal saham milik Mesir dijual sang Khadif Ismail pada Inggris. Dengan demikian impak Inggris semakin akbar pada Mesir, Selain Perancis yang sudah ada.
Pembrontakan Arabi Pasha 1882
Campur tangan Inggris dan Perancis dalam pemerintahan, khususnya pada saham-saham Terusan Suez mengakibatkan kekecewaan yg lalu muncul perlawanan masyarakat. Kebangkitan nasional Mesir ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881?1882). Pembrontakan Arabi Pasha yang dipengaruhi paham Jamaludin Al Afghani. Pembrontakan ini adalah tonggak dari nasionalisme Mesir.
Mula-mula gerakan ini antiorang asing (Inggris, Prancis dan Turki), tetapi akhirnya sebagai gerakan buat menuntut perubahan sistem pemerintahan. Gerakan Arabi ini muncul karena pengaruh Jamaluddin al Afghani yang waktu itu mengajar pada Mesir. Perlawanan warga yg dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan kedudukan Inggris dan Prancis di Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas pemberontakan Arabi Pasha.
Timbulnya Nasionalime Mesir
Mesir termasuk negara Arab sebagai akibatnya bangkitnya nasionalisme Mesir merupakan hal yg sama dengan bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun sebab-karena timbulnya nasionalisme Mesir merupakan menjadi berikut.
- Gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya nasionalisme Mesir.
- Pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga membawa suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan nasionalisme Mesir.
- Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
- Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan dengan yang menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.
Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, tetapi keinginan usaha Arabi Pasha merupakan asal aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini terbukti dalam lepas 7 Desember 1907 sudah diadakan kongres nasional yg pertama pada bawah pimpinan Mustafa Kamil. Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal buat mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah Mesir yg dipengaruhi sang Inggris berusaha buat menindas gerakan ini, akan namun gerakan nasional ini tetap hayati & makin kuat bahkan kemudian berubah menjadi sebagai Partai Wafd (Utusan) pada bawah pimpinan Saad Zaghlul Pasha.
Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai negara merdeka dan ikut serta dalam konferensi perdamaian di Prancis. Inggris menolak, bahkan mengasingkan Zaghlul Pasha ke Malta. Pada tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha dibebaskan kembali. Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi, Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasingkan ke Gibraltar. Inggris yang tidak dapat menekan nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration) pada tanggal 28 Februari 1922.
Isi Uniteral Declaration adalah sebagai berikut :
- Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.
- Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut:
- Mempertahakan Terusan Suez;
- Mempergunakan daerah militer untuk operasi militer;
- Mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain;
- Melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir, sejak itu dunia internasional menganggap Mesir telah merdeka. Walaupun belum merdeka sepenuhnya pada 15 Maret 1922, Ahmad Fuad menyatakan dirinya sebagai Raja Mesir. S. Sebaliknya, Kaum Nasionalis Mesir terus berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang Dunia II berakhir pada bulan Oktober 1954
0 comments:
Post a Comment