Hujan puisi berlesatan pada kamarku.
Kata-kata latif berpendar dalam angan, menunggu buat kupetik.
Kurangkai pada kertas putih menjadi sajak-sajak istilah hati.
Tanganku telah beku buat pulang melukiskan perasaanku ini.
Lidahku terlalu kelu untuk berkata hal ini.
Entah mengapa, tetapi aku tak mampu.
Aku hanyalah pengecut akbar, terlalu memalukan buat mengungkapkanya
Aku pulang terjebak, diantara mimpi dan realita.
Mana yg harus kupilih?
Haruskah saya terus tertidur & bertahan pada buaian imaji mimpi?
Atau sebaliknya, harus terjaga pada fenomena yg pahit dan perih?
Langit memang bisu, & tahukah kau mengapa?
Apabila beliau bisa berucap, maka ia akan berucap begini,
Pernah lahir sebuah raga pada global
Hidup dan berkembang pada hidup yg menyesakkan
0 comments:
Post a Comment